Minggu, 31 Januari 2016

aneka ragam kebudayaan dan masyarakat



BAB VII
ANEKA RAGAM KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT
1. KONSEP SUKU BANGSA
            Suku bangsa, tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat, baik memiliki suatu komunitas desa, kota, kelompok kekerabatan, atau lainnya, memiliki suatu corak yang khas, yang terutama tampak oleh orang yang berasal dari luar masyarakat itu sendiri. Warga kebudayaan itu sendiri biasanya tidak menyadari dan melihat corak khas tersebut. Sebaiknya, mereka dapat melihat corak khas kebudayaan lain, terutama apabila corak khas itu mengenai unsur-unsur yang perbedaannya sangat mencolok dibandingkan dengan kebudayaan sendiri.
            Suatu kebudayaan dapat memiliki suatu corak yang khas karena berbagai sebab, yaitu antara lain karena adanya suatu unsure kecil (dalam bentuk unsure kebudayaan fisik) yang khas dalam kebudayaan tersebut, atau karena kebudayan itu memiliki prantara-prantaara dengan suatu pola sosial khusus, atau mungkin juga karena warga kebudayaan mengnut suatu tema budaya yang khusus. Sebaiknya, corak khas mungkin pula disebabkan karena adanya kompleks unsur-unsur yang lebih besar, sehingga tampak berbeda dari kebudayaan-kebudayaan lain.
            Kebudayaan sunda merupakan suatu kesatuan yang berbeda dari kebudayaan jawa, banten, bali, atau lainnya, karena orang sunda sendiri menyadari bahwa di antara warga sunda ada keseragaman dalam kebudayaan yang memiliki kepribadian dan jati diri yang berbeda dengan kebudayaan lain itu. Terutama adanya bahasa sunda yang berbeda dengan bahasa jawa, atau bali, makin menyadarkan orang sunda akan kepribadian khusus tadi.
            Pokok perhatian dari suatu deskripsi etnografi adalah kebudayaan-kebudayaan dengan corak khas seperti itu, yang disebut dengan istilah “suku bangsa” (dalam bahasa inggris disebut ethnic grup, yang kalau diterjemahkan secara harfiah menjadi “kelompok etnik”). Konsep yang tercakup dalam istilah “suku bangsa”adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan jati diri mereka akan kesatuan dari kebudayaan mereka, sehingga kesatuan kebudayaan tidak ditentukan oleh orang luar (misalnya oleh seorang ahli antropologi, ahli kebudayaan dan sebagaainya yang menggunakan metode-metode analisa ilmiah), melainkan oleh warga kebudayaan yang besangkutan itu sendiri
            Dalam kenyataan, konsep “suku bangsa” lebih kompleks dari pada apa yang di uraikan di atas, karena baatas dari kesatuan manusia yang merasa dirinya terikat oleh keseraagaman, kebudayaan itu dapat melias atau menyempit, sesuai dengan keadaan. Penduduk pulau flores, misalnya terdiri dari berbagai suku Bangsa, yaitu orang manggarai, ngada, sikka, rium, nage-keo, ende dan larantuka. Kepribadian khas mereka masing-masing dikuatkan oleh bahasa yang berbeda dan tidak dipahami oleh yang lain. Walaupun demikian, apabila warga-warga floresyang berasal dari berbagai suku baangsa yang berbeda-beda itu berada di kota Jakarta, misalnya, dimana mereka harus menghadapi golongan-gologan atau kelompok-kelompok suku baangsa lain bukan-flores, mereka semua akan merasa diri mereka sebagaai putra-ptra flores, dan tidak sebagai orang sikka, orang ngada, orang latuka dan sebagainya.
            Deskripsi mengenai kebudayaan dari suatu suku Bangsa bisanya merupakan isi dari suatu karangan etnografi. Namun karena ada suku bangsa yang besar sekali, yang teridi dari berpuluh juta penduduk misalnya suku bangsa sunda, maka seorang penulis antropologi tentu tak mungkin mencangkup seluruh suku bangsa itu dalam deskripsinya. Karena itu biasanya hanya sebagian dari kebudayaan suku bangsa itu yang dapat di lukisnya olehnya. Etnografi yang di tulisnya misalnya haanya akan dibatasi pada kebudayaan suknda dalam suatu (atau beberapa) desa tertentu, kebudayan sunda dalam suatu kabpaten tertentu, kebudayaan sunda di pegunungan, kebudayaan sunda di daerah pantai, kebudayaan sunda dalam suatu lapisan sosial tertentu, dan sebagainya.
            Aneka ragam kebudayaan suku bangsa. Selai  mengenai besar kecilnya jumblah penduduk dalam kesatuan masnyarakat suku bangsa seorang ahli antropologi tentu juga menghadapi masalah mengenai perbedaan asas dan kerumittan dari unsure kebudayaan yang menjadi pokok penelitian atau deskripsi etnogafinya. Karena itu sebaiknya kesatuan masnyarakat suku-suku bangsa diseluruh dunia dibedakan berdasarkan mataa pencaharian dan system ekonominya, yaitu (1) masnyarakat pemburu dan peramul, (ii) masnyarakat peternak, (iii) masnyarakat peladang, (iv) masyarakat melayan, (v) masyarakat petani , pedasaan, dan (vi)  masnyarakat perkotaan komples
            Kebudayaan suku bangsa yang hidup dari berburu dan meramu sejak taroh abad ke-20 ini sudah hampir tidak ada lagi hanya mereka yang tinggal di daerah-daerah terpencil, atau daerah-daerah yang kedaan alamnya tidak disukai sebagai tempat tinggal (misalnya daerah pantai utara kanada yang terlampau dingin, atau daerah gurun yang terlampau gersang), yang masih bermata pencaharian sebagai pemburu dan pemaru. Daerah pantai utara kanda di huni oleh suku-suku bangsa eksimo yang memburu hewan-hewan kutub; dipucuk selatan Amerika tinggal suku bangsa Ona dan yahgan, yang hidup dari berburu dan menangkap ikan ; di daerah gurun kalihari di afrika selatan tinggal orang bushmen ; dan gurun Australia tinggal beberapa suku bangsa penduduk asli Australia ras austrloid sebagai pemburu hewan-hewan gurun .
            Sekarang jumlah suku bangsa didunia yng hidupnya masih tergantung dari pekerjaan berburu belum ada setengah juta orang, atau sekitar 0,01% dari seluruh penduduk dunia. Jumlah itu pun makin lama makin berkurang, karena banyak di antara suku-suku bangsa seperti itu mulai menetap di kota-kota dan brkerja sabagai buru. Walaupun demikian, perhatian para ahli antropologi terhadap kebudayaan suku bangsa yang masih melakukan suatu bentuk mata pencarian hidup yang tertua seperti itu masi cukup besar, untuk dapat mengetahui asas-asas kehidupan masyarakat manusia. Di Indonesia, suku-suka bangsa peramu,masi terdapat daerah rawa-rawa di pantai irian jaya,yang secara husus meramu sagu .
            Kebudayaan peternak sekarang masih terdapat di daerah-daerah padang rumput setepa atau sabana di asia barat-daya,asia tengah,Siberia,asia timur laut,afrika timur, dan daerah afrika selatan.hewan yang meraka pelihara berbeda-beda,sesuai dengan daerah biografinya.di daerah-daerah oase di tengah-tengah gurun di semenajung arab,tinggal suku-suku bangsa arab badui yang memelihara unta,kambing,dan kuda.di derah-daerah gurun,stepa,dan sabana di asia barat-daya suku-suku bangsa khanzah di iran,dan pashtun di Afghanistan memelihara domba,sapi,dan kuda.daerah-daerah stepa di asia tengah di huni oleh berbagai suku bangsa monggolia dan turki,seperti buryat, Kazakh, kirghiz,dan uzbek,yang memelihara domba,kabing,unta,dan kuda,sementara mereka yang berdiam di Siberia,yakni suku bangsa kalmuk,goldi,dan yakut,memelihara domba dan kuda.di daerah-daerah tundra di asia timur-laut tinggal suku-suku bangsa lamut dan gilyak,memelihara rusa reinder.daer daerah-daerah stepa dan sabana di afrika timur dan selatan di huni oleh suku-suku bangsa bantoid yang memelihara sapi.
            Suku-suku bangsa peternak hidup berpindah-pindah dari satu perkemahan dan perkemahan lainnya, dengan membawa ternak mereka sesuai dengan musimnya.susu yang di hasilkan meeka sesuai dengan musimnya. Kebudayaan peladang perambah hutan berada di hutan-hutan rimba tropis di daerah aliran sungai kongo (afrika tengah),asia tenggara (termasuk Indonesia),dan daerah aliran sungai amazon (Amerika selatan).semua masyarakat peladang di daerah-daerah tersebut menggunakan teknik bercocoktanam yang seragam,yang di awali dengan membersihkan belukar bawah,menebang pohon-pohon,lalu membakar daun,dahan serta kayu yang telah di tebang.
            Walaupun masyarakat-masyarakat peladang seperti itu hidup berpindah-pindah,mereka umumya memiliki desa-desa tetap.apabila jarak antara desa dengan lading mereka menjadi terlalu besar,mereka membangun gubuk-gubuk sementara di tengah lading atau di atas pohon untuk mengawasi tanaman mereka.
            Bercocok tanam di ladang merupakan mata pencaharian yang dapat menjadi dasar dari suatu peradaban yang kompleks,seperti peradaban indian maya dalam abad ke-15 meksiko selatan,yukatan, dan Guatemala.
            Kebudayaan nelayan dapat di jumpai di daera-daerah pantai di seluruh dunia.Desa-desa nelayan biasanya berada di sekitar muara sungai atau teluk,karena tempat-tempat seperi itu lebih mudah untuk melabuhkan perahu atau biduk.kecuali itu di suatu teluk ikan biasanya banyak terdapat,tempat mereka bertelur pada musim-musim tertentu.dalam kebudayaan nelayan,para warga tentu mengetahui teknologi membuat perahu,cara navigasi di laut,dan di samping itu mereka juga memiliki organisasi sosial yang dapat menampung suatu sistem pembagian kerja antara pelaut-pelaut,pemilik perahu, dan orang yang membuat perahu.sistem religi mereka biasanya terdiri dari unsur-unsur keyakinan,upacara,dan ilmu gaib yang berkaitan erat dengan persepsi dan konsepsi mereka mengenai laut.
            Kebudayaan petani pedesaan sekarang merupakan perhatian utama para ahli antropologi,karena jumlah terbesar penduduk dunia sekarang memang bermata pencaharian sebagai petani tradisional,yang bercocok tanam dengan irigasi.para petani itu tinggal dalam komunitas-komunitas desa yang bersama dengan komunitas-komunitas desa tetangganya umumnya berada di bawah suatu kekuasaan yang lebih tinggi,yang membentuk suatu kesatuan ekonomi,sosial budaya,atau administrative yang lebih besar.kebudayaan penduduk komunitas-komunitas desa biasanya berorientasi kepada kebudayaan dari otoritas yang lebih tinggi tersebut yang lazimya berada di kota administratif.kebudayaan kota yang di dukung oleh penduduk yang umumnya menjalani gaya hidup pegawai,oleh para petani di desa di anggap sebagai kebudayaan yang lebih “beradab’’,dan yang menjadi pedoman serta acuan mereka.oerientasi kebudayaan masyarakat perdesaan di jawa (yang pada umumnya petani tradisional) adalah kebudayaan golongan pegawai (yaitu kebudayaan “priyayi”) yang terdapat di kota-kota administratif.
            Kebudayaan perkotaan yang kompleks banyak menjadi obyek penilitian para ahli antropologi setelah perang dunia II,ketika banyak daerah jajahan yang umumnya merupakan daerah-daerah multietnik menjadi merdeka. Ketika Negara-negara baru itu mulai membangun daya Tarik bagi berjuta-juta penduduk perdesaan dengan beragam latar belakang kebudayaan,sehingga muncul gejala hubungan interaksi antar suku bangsa.selain berbagai masalah yang ada dalam perkotaan, masalah-masalah yang muncul akibat hubungan antar suku bangsa di dalam masyarakat perkotaan menyebabkan terjadinya sub-ilmu antropologi yang di sebut “antropologi perkotaan”.
            Pembatasan deskripsi etnografi tentang suatu kebudayaan suku bangsa tentu memerlukan suatu metode, yang secara khusus akan di uraikan dalam jilid II buku ini,mengenai pokok-pokok etnografi. Sekarang akan di uraikan terlebih dahulu bagaimana membandingkan unsur-unsur yang sama yang terdapat dalam berbagai kebudayaan suku bangsa, yang memerlukan suatu konsep yang mencakup persamaan unsur-unsur kebudayaan dari berbagai suku bangsa itu sehingga menjadi kesatuan-kesatuan yang lebih besar, yaitu konsep “daerah kebudayaan”
2. KONSEP DAERAH KEBUDAYAAN
            Suatu”daerah kebudayaan” adalah suatu daerah pada peta dunia yang oleh para ahli antropologi disatukan berdasarkan persamaan unsur-unsur atau ciri-ciri kebudayaan yang mencolok. Dengan penggolongan seperti itu, sebagai suku bangsa yang tersebar di suatu daerah di muka bumi di klasifikasikan berdasarkan kebudayaan yang menunjukan persamaan, untuk memudahkan para ahli antropologi melakukan penelitian analisa komparatif.
Klasifikasi berdasarkan daerah kebudayaan mula-mula di cetuskan oeh F. Boas,walaupun konsep itu menjadi terkenal dengan terbitnya buku C.Wissler(murid Boas) berjudul The American Indian (1920). Dalam buku itu Wissler membagi kebudayaan suku bangsa indian penduduk Amerika Utara ke dalam 9 daerah kebudayaan.
Ciri-ciri kebudayaan yang  di jadikan dasar dari suatu penggolongan daerah kebudayaan bukan hanya unsur-unsur kebudaaayaan fisik  saja (misalanya alat-alat yang di gunakan untuk berbagai jenis mata pencaharian hidup, yaitu alat berrcocok  tanam , alat berburu,dan alat transpor,senjata, bemtuk-bentuk ornamen ,gaya pakaian,bentuk rumah,dan sebagainya), tetapi juga unsur-unsur kebudayaan abstrak seperti unsur-unsur organisasi kemasyarakatan ,sistem perekonomian,upacara keagamaan ,adat istiadat dan lain-lain. Persamaan ciri-ciri mencolok dalam suatu daerah kebudayaan biasanya hadir lebih kuat pada kebudayaan-kebudayaan yang merupakan pusat dari daerah kebudayaan yang bersangkutan,dan makin tipis di dalam kebudayaan-kebudayaan yamg jaraknya makin jauh dari pusat tersebut.
Sifat kurang eksak yang merupakan kelemahan dari metode klasifikasi “daerah kebbudayaan” tersebut telah mengundang kecaman dari para ahli antropologi sendiri, sementara upaya untuk mempertajam batas-batas dari suatu daerah kebudayaan bahkan akan mengaburkanya. Walaupun demikian, metode klasifikasi ini sampai sekarang masi banyak di gunakan,karena pembagian wilayah itu dapat memberikan gambaran yang menyeluruh kepada seorang peneliti mengenai berbagai kebudayaan yang berbeda-beda yang ada di dunia.
Pembagian daerah-daerah kebudayaan di muka bumi akan di uraikan dalam sub-sub  berikut ini,dengan perhatian khusus terhadap daerah kebudayaan di asia tenggara dan indonesia.
3. DAERAH-DAERAH KEBUDAYAAN DI AMERIKA UTARA
Kesembilan daerah kebudayaan di Amerika utara menurut klasifikasi C. Wissler yang tergambar dalam peta adalah :
1.      Daerah kebudayaan Eksimo,yang meliputi kebudayaan suku-suku bangsa pemburu hewan laut yang tinggal di pantai uatara dan barat-laut kanada, serta pulau-pulau yang berhadapan dengan kanada,yaitu Bafinland,Greennland,dan lain-lain. Penduduk daerah-daerah yang telah beradaptasi dengan lingkungan tanpa pohon dan suhu yang sangat rendah ani adalah antara lain suku bangsa Eksimo Nunivakmiut di Alaska,Eksimo Iglulik di pantai bagian utara dari teluk Hudson,dan Eksimo Angmasalik di pantai tenggara Pulau greenland.

2.      Daerah kebudayaan Yukon-Mackenzie,yang meliputi kebudayaan suku-suku bangsa pemburu hewan yang terdapat dalam hutan koniferus di kanada barat laut(misalnya beruang),penangkap ikan di sungai Yukon, sungai mackenzie,dan sungai-sungai kecil lainya. Di beberapa tempat ada suku-suku bangsa yang dalam musim-musim tertentu berburu rusa reindeer. Salju lembut yang banyak terdapat,menyebabakan berkembangnya sepatu salju. Contoh dari suku-suku bangsa daerah kebudayaan ini adalah tanana di hulu sungai yukon,yaska di hulu sungai Mackenzie,dan Chipwayan di daerah danau-danau di kanada Utara.

3.      Daerah kebudayaan pantai barat laut, yang meliputi kebudayaan suku-suku bangsa bermasyarakat rumpun yang tinggal di desa-desa tepi pantai barat-laut kanad dan pulau-pulau di seberangnya. Suku-suku bangsa itu bermatapencaharian seperti nelayan(terutama menangkap ikan salm dan ikan paus). Ciri-ciri yang mencolok dalam kebudayaanya adalah upacara-upacara totemisme,seni patung kayu,seni tenun,adat-istiadat yang berhubungan dengan potlatch,yaitu pesta-pesta besar yang di gunakan oleh berbagai desa untuk memamerkan kekayaanya masing-masing secara berlebihan. Contohnya adalah suku bangsa tlingit,Haida,dan Kwaikiutl.

4.      Daerah kebudayaan dataran tinggi,yang meliputi kebudayaan suku-suku bangsa bermasyarakat rumpun yang di musim dingin tinggal di dalam rumah-rumah yang hanya sebagian berada di atas permukaan tanah,dan dalam musim panas tinggal dalam rumah-rumah yang terbuat dari jerami. Suku-suku bangsa nelayan dan peramu itu adalah suku bangsa kuteni,Klamat,dan yurok.

5.      Daerah kebudayaan plains,yang terdiri dari kebudayaan-kebudayaan suku bangas bermasyarakat rumpun yang hingga akhir abad ke-19 trsebar di daerah stepa yang terbentang antara sungai mississippibdan deret pegunungan rocky.mereka hidup dari berburu banteng bison yang mereka lakukan dengan mengendarai kuda.Dengan kandasnya banteng bison,orang-orang india Crow,omaha,dan Comanche yang juga di sebut Indian prairie ini telah mulai melakukan pekerjaan lain,dan banyak yang telah tinggal di kota.
6.      Daerah kebudayaan Hutan Timur,yang meliputi kebudayaan suku-suku bangsa bermasyarakat rumpun yang tersebar di daerah sekitar bagian timur-laut Amerika Utara, dan hidup sebagai petani menetap,dengan tanaman pokok jagung. Dalam musim panas suku-suku bangsa ini umumnya tinggal dalam rumah panjang yang terbuat dari kulit pohon,dan dalam musim dingin dalam rumah yang juga terbuat daru kulit pohon yang membungkus kerangka berbentuk kerucut(wighwam). Contohnya adalah suku bangsa winnebago,Huron,iroquois.

7.      Daerah kebudayaan Dataran kalifornia(California Great Basin),yang meliputi kebudayaan-kebudayaan suku  bangsa bermasyarakat rumpun yang pekerjaanya berburu dan meramu biji-bijian.Mereka tinggal dalam rumah-rumah jerami,dan terkenal karena keindahan seni anyamanya. Contoh adlah suku bangsa Miwok ,Washo, dan Ute.

8.      Daerah Kebudayaan Barat-Daya, yang meliputi kebudayaan-kebudayaan suku bangsa bermasyarakat rumpun yang tersebar di daerah gurun dan setengah gurun,dan bertani secara intensif di lembah-lembah sungai. Suku suku bangsa ini tinggal dalam rumah-rumah tingkat berbentuk  persegi yang terbuat dari tanah liat(pueblo),yang demi keamanan banyak di bangun di puncak gunung karang yang curam. Contoh sku-suku bangsa ini adalah Apache,Navaho,zuni,pueblo,Hopi pueblo,dan santa Clara pueblo.

9.      Daerah kebudayaan tenggara,yang meliputi kebudayaan-kebudayaan suku bangsa petani yang bercocok tanam  secara intensif dengan menggunakan cangkul. Tanaman pokok mereka adalah jagung,berbagai jenis labu,dan tembakau.suku-suku bangsa pemuja matahari yang tinggal dalam rumah-rumah panjang ini tergabung dalam federasi-federasi desa yang luas. Contohnya adlah suku bangsa Cherokee,Seminole,dan Choctow.

10.  Daerah Kebudayaan Meksiko,yang meliputi kebudayaan suku-suku bangsa bermasyarakat rakyat pedesaan berorientasi kepada peradaban kota yang banyak terpengaruh kebudayaan spanyol dan agama katolik.sebelum kedatangan orang spanyol,rakyat desa berorientasi kepada peradaban tinggi di kota-kota besar yang membangun kuil-kuil indah yang merupakan pusat pemujaan matahari.Di kuil-kuil tersebut di lakukan upacara-upacara besar dengan korban manusia.rakyat di desa hidup sebagai peladang,yang menanam jagung,kentang,berbagai jenis labu,tembakau,dan kapas sebagai tanaman pokok.


4. DAERAH-DAERAH KEBUDAYAAN DI AMERIKA LATIN
            J.M Cooper adalah orang yang pertama kali menggolongkan benua Amerika bagian tengah dan selatan ke dalam daerah kebudayaan Amerika latin,(1) circum Caribbean cultures, (2) Andean civilization,(3)Tropical forest cultures, dan(4)Marginal cultures. Sistem penggolongan itu juga di gunakan sebagai dasar dari buku yang terdiri dari enam jilid mengenai penduduk pribumi Amerika latin yang di susun oleh 90 orang ahli dan diredaksi oleh J.H.steward. berjudul Handbook Of The South American Indians.
            G.P.Murdock telah membuat suatu sistempembagian daerah kebudayaan yang lebih rinci,yaitu denagn membagi seluruh benua Amerika ke dalam 24 daerah kebudayaan. Klasifikasi it juga mamperhitungkan perbedaan-perbedaan sistem kekerabatan dan perbedaan-perbedaan linguistik.Namun karena klasifikasi ini di anggap kurang praktis,para ahli antropologi jarang menggunakanya.
            Dalam buku J.H.steward dan L.C.Faron,natife peoplesOf south America (1959)yang merupakan ikhtisar dari bahan dalam buku Handbook Of The South American Indians, sistem klasifikasi Coopers masih di gunakan,namun sistem klasifikasi itu di ubah menjadi lima tipe,yaitu(1)cultures with theocratic and militaristic chiefdoms, (2) Anden cultures,(3) Southern Andean cultures,(4)tropical forest cultures,dan(5)cultures of nomsdic hunters and gatherers. Berbeda dengan sistem pembagian daerah kebudayaan yang lazim,sistem dalam buku steward dan faron ini juga memperhitungkan enclaves dari kebudayaan-kebudayaan dari suatu tipe yang tersebar terakhir atau berada dalam daerah kebudayaan tipe lain.
            Sistem yang tersebut terakhir itu juga di gunakan dalam buku ini. Tipe yang pertama yaitu cultures with theocratic and militaristic chiefdoms di sini di terjemahkan dengan “kebudayaan-kebudayaan dengan sistem kenegaraan(atau kerajaan) kecil” untuk menghindari pemakaian istilah cacique dalam bahasa spanyol yang terdapat dalam sumber-sumber spanyol abat ke-17 mengenai kebudayaan .
            Daerah-daerah kebudayaan dengan sistem kebudayaan(atau kerajaan kecil),yang maupun sekarang tersebar di kepulauan karibia,venezuela,Columbia bagian utara,Equador,dan Bolivia bagian timur,umumnya sampai kedatangan orang spanyol telah mengembangkan organisasi-organisasi kemasyarakatan yang melampaui batas desa, misalnya berupa federasi antar desa. Organisasi semacam ini biasanya terbentuk karena terjadi penggabungan akibat perang,tetapi dapat juga menunjukan sistem organisasi kenegaraan atau kerajaan kecil. Kerajaan-kerajaan seperti ini,antara lainGuetar di panama,chibcha di Columbia dan equador,dan Cula di Columbia,di jaman dahulu umumnya mengembanagkan suatu sistem upacara keagamaan yang melibatkan berbagai benda peralatan upacara,seperti perhiasan serta bangunan-bangunan suci yang indah,yang memperlihatkan pengaruh peradaban andes..
            Daerah kebudayaan andes meliputi daerah kebudayaan di zaman sebelum masa jaya kejayaan Inca di pegunungan andes,dan kebudayaan suku-suku bangsa india seperti campa dan Inca,setelah runtuhnya kerajaan Inca di peru dan bolivia bagian barat.
            Daerah kebudayaan Andes selatan meliputi kebudayaan suku-suku bangsa penduduk Chili bagian utara dan Argentina,yang tidak pernah memiliki sistem organisasi sosial yang luas,seperti sustem federasi antar desa,atau negara kecil,tetapi yang dalam kebudayaan kebendaan dan teknologinya mendapat pengaruh dari peradaban Andes. Contohnya adalah suku-suku bangsa Atacama,Diaguita, dan Araucania.
            Daerah kebudayaan rimba tropis meliputi kebudayaan suku-suku bangsa penduduk daerah perairan sungai Amazon berikut berbagai anak sungainya,dan sebagian besar penduduk Brasil.penduduk daerah sungai Amazon  umumnya bercocok tanam di ladang,dan tinggal dalam desa-desa tetap.contohnya adalah suku bangsa jivaro,Tupinamba,dan Mundurucu.
            Daearah kebudayaan pemburu dan peramu adalah daerah kebudayaan yang oleh Cooper di sebut marginal cultural urea,dan meliputi kebudayaan suku-suku bangsa yang tidak mengenal pertanian. Banyak di antaranya memang memiliki pola hidup yang “marjinal”(berada pada batas kewajaran kehidupan manusia),dan teknik berburu maupun jenis hewan yang di buru atau jenis tanaman yang di ramu,sangat berbeda antara yang satu dengan lainya.Suku bangsa pemburu Chono,Ona dan Yahgan di chili selatan,misalnya menggantungkan hidupnya dari penangkapan kerang;sementara berbagai suku bangsa lain di Argentina,hingga kira-kira awal abad ini masih berburu guanaco(yaitubjenis unta). Banyak dari suku-suku bangsa ini sekarang sudah hidup sebagai petani atau peternak,atau mencari kehidupan di kota.suku-suku bangsa lain,seperti Guaycuru,Guana,dan mbaya yang hidup di daerah sabana dan padang-padang belukar di dataran Gran Chaco,bermatapencaharian sebagai peramu,tetapi juga sebagai pemburu dan penangkap ikan. Berbagai suku bangsa lain di Bolivia timur dan suku bangsa Nambicuara di Brasil masih hidup dari berburu di daerah hutan rimba tropik,sementara berbagai suku bangsa lain,yang di sebut aquatic nomads(suku bangsa pemburu akuatik),seperti suku bangsa Yaruro di Columbia Timur dan murah di Brasil hidup dari menangkap ikan di sungai atau di rawa-rawa.
5. BAGIAN-BAGIAN KAWASAN GEOGRAFI DI OSEANIA.
            Berbagai kebudayaan pendudukan kepulauan di samudra pasifik belum seluruhnya di bagi dalam berbagai daerah kebudayaan,karena lebih mudah menggolongkan beragam kebudayaan yang tersebar di ratusan pulau itu berdasarkan keempat sub-kawasan geografis,yakni kebudayaan-kebudayaan penduduk asli australia,kebudayaan penduduk iriandan melanesia,kebudayaan penduduk Mikronasia,dan kebudayaaan penduduk polynesia.
            Australia adalah suatu benua yang letaknya terpencil;malanesia adalah deretan pulau-pulau yang sebenarnya merupakan pegunungan karang yang melingkari pantai timur Australia,mulai dari irian hingga selandia baru;Mikronesia merupakan gugusan atol di bagian barat samudra pasifik;dan polynesia adalah sub-kawasan kepulauan yang terdiri dari semua tipe,yaitu kepulauan gunung berapi,kepulauan padas,kepulauan atol,dan tipe-tipe lain,yang terletak dalam segitiga selandia Baru-kepulauan paska,dan kepulauan hawaii.
            Walaupun pembagian itu terutama berdasarkan ciri-ciri geografi,tampak juga perbedaan umum mengenai ciri-ciri fisik,bahasa,sistem kemasyarakatan,dan kebudayaan penduduknya.
            Penduduk pribumi Australia memiliki ciri-ciri ras yang dalam antropologi fisik disebut “kompleks ciri-ciri Australoid”. Walaupun terdesak ke daerah-daerah yang paling buruk keadaan alamnya,sampai kini mereka mampu bertahan hidup dengan berburu,yaitu jenis mata pencaharian yang di anggap sebagai sisa-sisa kebudayaan manusia yang tertua di samping meramu,tanpa mengalami perubahan yang berarti.
            Penduduk melanesia(termasuk irian)memiliki ciri-ciri rasMelanesoid. Dari segi bahasanya,penduduk melanesia pada umumnya mengujar berbagai bahasa,yang bersama denagan bahasa-bahasa penduduk Mikronesia dan polynesia,dan bahkan dengan bahasa-bahasa di indonesia(kecuali sebagian besar bahasa-bahasa di pedalaman Irian),Filipina,taiwan, dan madagaskar, dapat di golongkan ke dalam satu rumpun bahasa,yaitu rumpun bahasa,yaitu Austronesia.
            Dari segi etnografi,kebudayaan-kebudayaan penduduk Melanesia memperlihatkan adanya beberapa ciri yang khas yaitu antara lain(i)sistem sosial berdasarkan kegiatan berkebun(dalam skala kecil), yang di lakukan dengan/tanpa kegiatan meramu sagu,(ii) adanya kompleks unsur-unsur yang ada hubunganya dengan upacara balai keramat untu pria(iii) upacara inisiasi berikut sistem lambang totemisme(iv),komleks upacara pesta,babi, dan(v) gerakan raja adil.
            Penduduk mikronesia yang tinggal di pulau-pulau atol yang kcil dengan pekerjaan berkabun (secara kecil-kecilan)dan menangkap ikan secara besar-besaran,pada umumnya mengujar bahasa-bahasa yang sekeluarga,tetapi juga menunjukan persamaan dalam sistem matapencaharian dan kemasyarakatan.
            Selain bahasa-bahasanya,penduduk polynesia yang memiliki ciri-ciri ras polynesia,sebenarrnya belum banyak diteliti dan di analisa. Kebudayaan-kebudayaa penduduk polynesia,sangat beragam,yaitu dari yang sangat sederhana,hingga kebudayaan masyarakat yang berbentuk kerajaan. Suatu hal yang sama pada hampir semua kebudayaan di polynesia adalah perkembanganya kebudayaan maritim yang maju,termasuk kepandaian membuat perahu bercadik yang mampu mengarungi lautan,dan keahlian dalam navigasi.

6. DAERAH-DAERAH KEBUDAYAAN DI AFRIKA
            Kebudayaan-kebudayaan suku-suku bangsa penduduk afrika(kecuali Madagastar) yang beranekaragam untuk pertama kali di klasifikasikan ke dalam 10 daerah kebudayaan oleh ahli antropologi Amerika,M.J Herskovits. Seperti tampak pada peta 4,sisitem tersebut masih sangat kasar dan impresionistis,namun klasifikasi Herskovits boleh di katakan cukup memuaskan untuk zaman ketika pengetahuan orang Amerika mengenai Afrika masih berada pada taraf awal pekembangannya, pada waktu pengetahuan para ahli prancis,inggiris,jerman,dan italia baru terbatas pda daerah-daerah jajahan mereka masing-masing,dan belum meluas sampai benua afrika.
            Dalam tahun 1955 para ahli linguistik amerika,antara lain J.H.Greenberg,telah selesai mengklasifikasikan bahasa-bahasa di afrika kedalam rumpun-rumpun dan keluarga-keluarga bahasa.berbeda dengan di indonesia,klasifikasi bahasa-bahasa di Afrika takdapat di gunakan untuk mengbuat suatu klasifikasi kebudayaan.
            Dalam bukunya tentang Afrika,G.P.Murdock membagi benua Afrika kedalam 38 daerah kebudayaan yang di sebutnya culture areas.klasifikasi ini lebih rinci dari pada klasifikasi Herkovits,karna murdock memasukkan unsur-unsur perbedaan bahasa dan sistem kekerabatan ke dalamnya,sehingga hal itu malahan menghilangkan gambaran umumnya.Bagi Afrika di perlukan suatu sistem klasifikasi yang sifatnya lebih luas.Tetapi bagi daerah-daerah yang lebih husus,seperti indonesia,sistem klasifikasi yang rinci dapat di gunakan.
            Karena sistem klasifikasi Herskovits telalu kasar,sedang klasifikasi murdock kurang memberikan gambaran yang menyeluruh,penulis sendiri mencoba mengkombinasikan kedua sistem tersebut,sehingga di peroleh suatu sistem yang membagi Afrika dan Madagaskar ke dalam 18 daerah kebudayaan.berbeda dengan murdock yang menggambarkan batas-batas daerah-daerah kebudayaan sesuai dengan daerah persebaran suku-suku bangsa,sehingga garisnya berliku-liku,penulis menggambarkannya sebagai garis-garis lurus.daerah sahara dan Hulu Tengah sungai Nil dalam susunan daerah kebudayaan menurut hemat penulis sebenarnya tidak merukan dua daerah kebudayaan, melaikan daerah giografi,karna dalam kedua daerah itu tidak terdapat ciri-ciri yang seragam.
1.      Daerah kebudayaan afrika utara.Deerah kebudayaan ini meliputi kebudayaan suku-suku bangsa yang sepanjang sejarah mengalami sejarah yang kurng lebih sama,sehingga waupun asalnya beraneka ragam,namun ciri-ciri lainnya menampakkan kesaragaman.suku-suku bangsa tersebut umumnya adalah petani yang mengerjakan tanahnya secara intensif dengan bajak,dan menggunakan sistem pengairan irigasi. Di samping itu mereka juga bertenak tambing,sapi,dan keledai. Kebudayaan petani pedesaan Berber yang tergolong ras kaukasoid dan umumnya beragama islam,berorientasi kepada suatu peradaban kota yang merupakan perpaduan kebudayaan Funia,mesir,yunani,rumawi,vandals dari Germania,Byzanthium,kebudayaan dan agama islam dari jaman kalifa abbasiyah,kebudayaan yahudi,agama islam abad ke-12,Islam dari Spanyol,dan islam dari zaman kejayaan negri turki.Kecuali itu, kebudayaan rakyat petani pedesaan ini juga mendapat pengaruh besar dari kebudayaan peternak arab badui, yang melakukan migrasi besar-besaran ke Afrika utara dalam abat ke-11 dan abat ke-12, dan yang hingga kini masih mengembang di daerah itu bersama dengan daerah ternak kambung dan untahnya.

2.      Daerah Kebudayaan Hilir Sungai Nil. Daerah kebudayaan inim meliputi kebudayaan-kebudayaan suku-suku petani yang berococoktanam secara intensif dengan bajak dan irigasi di daerah-daerah sepanjang lembah-lembah sengai yang subur. Kebudayaan rakyat pedesaan ras kaukasoid yang disebut orang Mesir ini, berorientasi kepada suatu peradaban yang tinggi yang telah berumur berabat-abat lamanya, yang diawali dengan kepribadian yang khusus dan unik (yaitu di zaman raja-raja farao), dan kemudian masuknya pengaruh unsur-unsur kebudayaan yunani, Byzanthium, Islam, dan Turki.

3.      Daerah Kebudayaan Sahara. Daerah geografi ini meliputi kebudayaan-kebudayaan suku-suku bangsa yang hidup menetap dalam masyarakat rumpun, maupun suku-suku bangsa peternak yang hidup mengembara. Suku-suku bagsa ini hidup di lembah-lembah sungai, daerah sekitar mat air (oase), dan daerah-daerah di mana air masih dapat diperoleh dengan menggali sumur. Di bagian rimur Gurun Sahara, suku-suku bangsa serupa itu secara dominan termasuk ras Negroid; di bagian tengah yang dominan adalah orang Berber; dan di bagian-bagian barat dan suku-suku bagsa arab atau Berber yang telah banyak berpengaruh oleh kebudayaan arab.
Kecuali bercocoktanam atau beternak, rumpun-rumpun Negro, Berber dab arab tadi sejak berabat-abat sehingga sekarang juga hidup dari perdagangan dengan membawa barang-barang dagangannya melintasi daerah gurun melalui jalur-jalur yang tetap. Ciri lain yang mencolok yang di miliki suku bangsa tuarge dan negroid di daera itu adalah  adanya kasta-kasta hina yang terdiri dari tukang-tukang pembuat benda-benda logam, pengrajin kulit, dan para pengamen.
4.      Daerah Kebudayaan Sundah Barat. Kebudayan ini meliputi kebudayaan-kebudayaan suku-suku bangsa peladang berpindah, yang tidak menggunakan irigasi dan bajak, tetapi mengunakan cangkul untuk mengolah tanah. Tanaman pokoknya adalah gandum sunda (sorghum dan fonio). Selain itu mereka juga beternak sapi, walaupun hewan itu tidak dipelihara untuk mendapatkan susu atau dagingnya, melainkan untuk menaikkan gengsi yang empunya (misalnya untuk mas kawin). Kebudayaan rakyat pedesaan berorientasi kepada peradaban-peradaban tinggi yang sejak berabat-abat lamanya yang berpusat di kota-kota besar dan pusat-pusat kerajaan seperti Ghana Kuno, Mali Kuno, Songhai, Bambara, dan lain-lain. Sejak kedatangan agama islam melalui rute-rute perdagangan kafilah yang melintasi Sahara, hampir semua suku bangsa Negroid ini memeluk agama dan kebudayaan islam.  Ciri-ciri yang mencolok dari kebudayaan rakyat pedesaan itu adalah antara lain (i) tingkat-tingkat umur bagi pria, yang masing-masing memiliki fungsi sosial, dan harus dilalui dengan upacara inisiasi; (ii) kedudukang tukang pandai besi, tukang pengrajin kulit, serta pengamen dan penari jalanan yang di anggap hina; (iii) adanya jabatan sebagian ´´tuan pengawas tanah´´dalam pimpinan desa yang sifatnya setenga keramat;  dan (iv) pola perkampungan yang padat, dengan rumah-rumah yang berbentuk bulat dengan atap yang berbentuk kerucut (gaya sudan).

5.      Daerah Kebudayaan Sundan Timut. Daerah kebudayaan ini meliputi kebudayaan-kebudayaan suku-suku bangsa petani yang hidup dari bertani menetap dengan irigasi, denga tanaman pokok gandung sundah (jenis tanaman yang ditanam suku-suku bangsa yang tinggi di bagian selatan daerah kebudayan ini adalah kompleks tanaman pokok asia tenggara, yakni kladi,ubi dan pisang). Bercocotanam terutamaa merupaka pekerjaan wanita, sedang peternak yang juga merupakan mata pencaharian hidup yang sangat penting, secara khusus merupakan pekerjan pria. Ternak yang merupakan unsur mas kawin yang sangat penting, diambil susunya untuk membuat mentegs dan keju. Letak rumah-rumah bergaya sundah di daerah kebudayaan ini saling berjahuan, dengan perkarangan-perkarangan yang luas yang  memisahkan rumah yang satu dengan lainnya. Ciri lain yang mencolok adalah sistem kenegaraan dengan dasar-dasar organisasi yang mirip dengan sistem organisasi kerajaan mesir di zaman raja-raja farao.

6.      Daerah Kebudayaan Hulu Tengah sungai Nil. Daerah yang oleh murdock dijuluki daerah Nile corridor,bukan suatu daerah kebudayaan,elainkan daerah geografi yang sejak berabad-abad menjadi semacam jalur masuknya berbagai pengaruh kebudayaan kepedalaman Afrika. Kebudayaan-kebudayaan daerah Hulu Tengah sungai Nil tidak seragam. Sala satu kebudayaan di daerah ini adalah kebudayaan suku bangsa Nubia yang melakukan pertanian secara intensif dengan irigasi dan bajak di lembah sungai Nil.Orang Nubia berorientasi kepada suatu peradaban kuno yang di zaman dahulu berpusat di kota napata meru. Peradaban itu mendapat pengaruh unsur-unsur kebudayaan mesir di zaman Farao,unsur-unsur agama Nasrani dan Byzanthium,dan sejak 8 abd yang lalu mendapat pengaruh unsur-unsur agama islam. Di daerah pegunungan kordofan tinggal suku bangsa nuba(yang walaupun sama-sama memiliki ciri-ciri fisik negroid,berbeda dengan nubia terurai di atas,yang bertani dengan irigasi tetapi tidak menggunakan bajak). Selain itu di daerah kebudayaan ini ada suku bangsa Arab Bagara yang beternak unta dan kambing dan mengembara dari satu daerah ke daerah lain dalam kelompok-kelompok sambil menggembalakn ternak mereka. Suku bangsa Arab yang beragama islam ini tiba dari daerah hilir sungai Nil dalam abad ke-12 dan abad ke-13 masehi.

7.      Daerah kebudayaan Afrika tengah.daerah kebudayaan ini meliputi kebudayaan-kebudayaan suku-suku bangsa Negroid yang merupakan peladang-peladang berpindah dan merupakan masyarakat-kasyarakat rumpun. Mereka tidak mengenal irigasi maupun bajak,dan menanam tanaman pokok keladi,ubi,dan pisang(yakni tanaman asli Asia Tenggara),gandum sundan,gandum eleusine(tanaman asli Ethiopia),jagung dan singkong(Tanaman asli Amerika). Peternakan yang tidak menghasilkan susu di anggap tidak penting,dan makin ke arah selatan,mata pencaharian beternak makin berkkurang sampai ahirnya hilang sama sekali. Ciri-ciri yang mencolok dari kebudayaan-kebudayaan di daerah ini adalah antara lain pembayaran maskawin dengan alat-alat yang terbuat dari besi,pola perkampungan yang menyebar luas,bentuk rumah bergaya sudan bergaya sudan di bagian utara,dan makin ke selatan berbentuk persegi dengan atap terbentuk piramida (gaya Bantu),tiadanya bentuk-bentuk organisasai sosial yang lebih tinggi daripada desa(misalnya federasi desa,atau negara),kecuali pada suku bangsa Mangbetu,Azande,dan beberapa lainya.

8.      Daerah Kebudayaan Hulu Selatan sungai Nil. Daerah kebudayaan ini meliputi peternak yang menetap(jadi tidak mengembara) di daerah-daerah sabana di sudan kebudayaan-kebudayaan bermasyarakat rumpun yang bermatapencaharian sebagai selatan.mereka juga bertani sebagai pekerjaan sambilan. Suku-suku bangsa ini memiliki ciri-ciri ras Negroid yang umum,Tetapi suatu ciri khusus adalah tubuh mereka yang tinggi dan sangat ramping.Selain ciri-ciri fisik itu,yang juga di sebut ciri-ciri Nilote,suku-suku bangsa di daerah kebudayaan ini mengujar bahasa yang sama.

9.      Daerah Kebudayaan tanduk afrika. Daerah kebudayaan ini meliputi suku-suku bangsa peternak yang mendiami lembah-lembah sungai di dataran tinggi Ethiopia. Di samping beternak mereka juga bertani secara intensif dengan irigasi dan bajak. Kebudayaan rakyat pedesaan yang memiliki ciri-ciri ras kaukasoid tetapi berbahasa semit ini berorientasi kepada peradaban kota yang berdasarkan agama nasrani yunani.

10.  Daerah kebudayaan pantai Guinea. Daerah kebudayaan ini meliputi suku-suku bangsa peladang berpinda yang memiliki ciri-ciri ras Negroid. Mereka berladang tanpa irigasi dan bajak,dengan tanaman pokoknya gandum sudan bagi sebagian suku bangsa di daerah kebudayaan ini,dan tanaman Asia tenggara(Yaitu keladi,ubi,jagung),atau berbagai tanaman Amerika(Yaitu ubi dan jafung) pada bagian lainya. Peternakan sangat sedikit di lakukan.Kebudayaan rakyat pedesaan ini berorientasi kepada peradaban kota, yang juga merupakan pusat dari kerajaan-kerajaan kecil. Raja-rajanya di anggap keramat,dan upacara-upacara yang di adakan di istana raja sangat rumit. jumlah pejabat istana sangat banyak,dan ada tiga jabatan ratu yaitu sebagai ratu ibu raja,sebagai ratu istri utama raja,dan sebagai ratu ibu raja,sebagai ratu kakak raja.Contoh dari kerajaan seperti itu adalah dahomey,Ashanti(sekarang Ghana bagian selatan),Ife(suku bangsa yoruba di Negeria selatan).Ciri-ciri yang mencolok dari kebudayaan petani ini adalah antara lain (i) sistem tingkat umur,dengan inisiasi yang berat dan fungsi-fungsi sosial yang khas,(ii)desa-desa yang ,mengelompok padat,dengan rumah-rumah yang berbentuk persegi dan beratap gaya Bantu.selain suku-suku bangsa petani tersebut,ada suku-suku bangsa  yang bermasyarakat rumpun,yang tidak berorientasi kepada peradaban-peradaban tinggi.

11.  Daerah kebudayaan Bantu khatulistiwa. Derah kebudayaan ini meliputi kebudayaan-kebudayaan suku-suku bangsa bermasyarakat rumpun yang berladanbg berpinda-pinda didaearah hutan rimba tropik tanpa irigasi dan bajak. Tanaman pokoknya adalah keladi,ubi,dan pisang(Tanaman Khas asia tenggara ),dan menanam gandum sudan sebagai tambahan.peternakan hampir tidak ada. Ciri-ciri yang mencolok adalah(i) adat bride service (adat maskawin umumnya tidak di kenal di daearah ini),dan kanibalisme (di zaman dahulu), (ii) desa-desa yang padat,dengan rumah-rumah gaya Bantu. Sebagian besar suku-suku bangsa ini tidak mengenal sistem kenegaraan,kecuali suku bangsa Baluba yang kuat.

12.  Daerah kebudayaan Bantu Danau-danau. Daerah kebudayaan ini meliputi kebudayaan-kebudayaan suku-suku bangsa petani yang telah mengelolah tanah secara intensif dengan irigasi. Mereka mendiami lerenbg-lereng pegunungan yang di kelilingi danau-danau besar viktoria,Kioga,Albert,Edward,Kivu,dan Tanganyika.Kebudayaan para petani di desa berorientasi kepada peradaban tinggi di kota-kota pusat kerajaan,misalnya negara Baganda,Ruwanda,dan Urund,i yang yang memiliki struktur pemerintahan yang agaknya di pengaruhi oleh kerajaan-kerajaan di daerah Tanduk Afrika. Kecuali bertani,rakyat pedesaa juga beternak sapi dan dan menghasilkan ,mentega dan keju(memerah susu adalah Khusus pekerjaan pria). Di negara belanda,misalnya pekerjaan peternakan banya di serahkan kepada orang bahima,yaitu suatu suku bangsa yang beberapa abad yang lalu bermigrasi dari daerah hulu sungai Nil ke daerah danau-danau. Ciri-ciri yang mencolok dari daerah kebudayaan ini adlah (i) pembayaran maskawin dengan ternak,(ii) sistem tingkat-tungkat umur dengan upacara-upacara inisiasi yang kompleks serta fungsi-fungsi sosial yang luas; (iii) pola perkampungan yang menyebar luas,dan (iv)rumah-rumah berbentuk sarang lebah.

13.  Daerah kebudayaan Bantu Timur. Daerah kebudayaan ini meliputi kebudayaan suku-suku bangsa yang bermasyarakat rumpun yang gandum sudan (pada beberapa suku bangsa di tanganyika tanaman pokoknya adalah padi dan tanaman-tanaman asia tenggara lainya),dan di samping itu di tanam pula barbagai tanaman khas Ethiopia. Mata pencaharian tambahan yang penting adalah Beternak sapi,yang di ambil susunya untuk dibuat mentega dan keju. Ciri-ciri mencolok dari daerah kebudayaan ini adalah (i) sistem tingkat-tungkat umur dengan upacara inisiasi. Daerah bantu timur sudah di datangi oleh suku-suku bangsa Nilote(seperti Kipsigi,samburu,dan masai) dari daerah hulu selatan sungai Nil,sejak lebih dari satu abad yang lalu.

14.  Daerah kebudayaan Bantu Tengah.Daerah kebudayaan ini meliputi kebudayaan suku-suku bangsa yang sebagaian besar bermasyarakat rumpun,yang merupakan peladang berpindah,baik di daerah hutan rimba atau sabana.Tanaman pokoknya adalah jagung,kacang-kacangan,dan singkong(tanaman Amerika),dan ada juga yang menanam gandumsudah sebagai tanaman tambahan.peternakan hampir tidak ada. Kebudayaan rakyat di desa berorientasi kepada negara-negara pribumi yang banyak terdapat di daerah ini,yaitu misalnya Bakongo,Chokwe,Kimbudu,Bemba dan lain-lain. Pola perkampungan di daerah kebudayaan ini tidak sama bagi semua suku bangsa.ada yang letak rumah-rumahnya saling berjauhan,ada yang sangat padat. Ada suku-suku bangsa yang mambngun rumah-rumah gaya sudan,dan terutama suku-suku bangsa di bagian barat,membangun rumah berbentuk sarang lebah.
15.  Daerah Kebudayaan Bantu Barat daya. Daerah kebudayaan ini meliputi kebudayaan-kebudayaan suku-suku bangsa bermasyarakat rumpun yang hidup dari peladang berpindah,tanpa irigasi maupun bajak. Tanaman pokoknya adalah gandum sudan,tetapi tanaman asia tenggara juga banyak terdapat. Mata pencaharian hidup lain yang sama pentingnya adalah beterna sapi. Susu sapi du buat mentega dan keju.Berbeda dengan Daerah-daerah peternakan di Afrika timur ,Wanita juga dapat memerah susu,dan di bagian selatan daerah kebudayaan pekerjaan ini malahan secara khusus di lakukan oleh Wanita. Makin ke arah selatan,peternakan makin penting,dan di bagian paling selatan yang di huni oleh suku bangsa Herero, peternakan merupakan satu-satunya mata pencaharian hidupnya.suatu Ciri mencolok adalah adanya sepasang sapi dengan anak-anaknya yang di anggap keramat yang di wariskan melalui garis keturunan pria. Pemeliharaan sapi keramat di lakukan dengan berbagai upacara. Desa-desa di daerah kebudayaan ini sangat padat,dan rumah-rumah di desa di bangun dalam lingkaran-lingkaran konsentris yang berlapis-lapis,mengelilingi suatu lapangan,tempat melakukan upacara. Gaya rumahnya berbentuk silinder,melingkar atau bujursangjar.Dindingnya rendah,namun atapnya yang berbentuk kerucut sangat tinggi(Berbeda dengan rumah gaya sudan,yang dindingnya lebih tinggi tetapi atapnya lebih rendah).

16.  Daerah kebudayaan Bantu Tenggara. Daerah kebudayaan ini meliputi kebudayaan suku-suku bangsa yang di bagian utara Bermasyarakat  rumpun, tetapi di bagian selatan(yakni di natal dan Basutoland)suku-suku bangsanya adalah masyarakat petani pedesaan yang berorientasi kepada kebudayaan kerajaan-kerajaan peternak, seperti kerajaan zulu,Lovedu,dan Bavenda. Pada beberapa suku bangsa peternak itu rakyat bawah mengembara oleh rajanya untuk menyerang suku-suku bangsa lain. Perjalanan yang di tenpu ada kalanya sangat jauh.Contohnya adalah suku ngoni,yang sejak kurang-lebih tahun 1820mengembara dari natal ke arah utara,melalui Danau Nyasa dan Tanganyika,dan sekarang menetap di daerah sebelah barat danau Nyasa di Negara Malawi.Mata pencaharian hidup suku-suku bangsa di utara terutama bertani secara menetap tanpa irigasi.Tanaman pokoknya adalah jagung(gandum sudan mulai jarang di daerah ini,dan tanaman asia tenggara tidak ada). Peternakan yang di bagian utara merupakan maya pencaharian tambahan, makin ke arah selatan menjadi makin penting. Selain untuk di ambil susunya,Hewan yang merupakan investasi kekayaan,juga menambah gengsi pemilknya. Rumah-rumah di desa-desa di bangun sekeliling suatu lapangan tempat semua ternak dikandangkan apabilasedang tidak di gembalakan. Bentuk rumah di daearah kebudayaan ini sama seperti pada suku-suku bangsa di daerah kebudayaan Bantu Barat-daya.

17.  Daerah kebudayaan Choison. Daerah kebudayaan ini meliputi kebudayaan suku-suku bangsa pemburu dan peramu yang hidup mengembara,yang di sebut Bushmen. Beberapa suku bangsa lain hidup dari peternakan(yaitu suku-suku bangsa pemburu Hottentot).Ciri-ciri ras suku-suku bangsa di daerah kebudayaan ini jauh berbeda  dari ketiga ras yang ada (yaitu kaukasoid,Mongoloid,dan Negroid),dan karena itu para ahli antropologi fisik mengelompokan mereka menjadi suatu ras yang khusus,sisa manusia yang berpuluh ribu tahun yang lalu tersebar luas di seluruh Afrika Timur hingga perbatasan daerah Tanduk afrka. Oleh para ahli prasejara mereka di hubungkan dengan suatu gaya kebbudayaan Paleolitik yang di namakan “gaya Stillbay”.

18.  Daerah kebudayaan Madagaskar. Daerah kebudayaan ini meliputi kebudayaan suku-suku bangsa bermasyarakat rumpun,yang di daerah pantai timur hidup sebagai peladang berpindah yang tidak mengenal irigasi dan bajak. Mereka menhuni lereng-lereng  timuur dari deret pegunungan tengah,dan menanam padi sebagai pokoknya. Suku-suku bangsa yang mendiami tanah rendah sebelah barat hidup dari peternakan,dan di samping itu sedikit bercocoktanam. Penduduk Madagaskar pada dasarnya memiliki ciri-ciri ras mongoloid Melayu(seperti penduduk Asianesia, yakni penduduk kepulauan di asia, seperti indonesia), yang paling jelas tampak pada penduduk dataran tinggi bagian tengah. Kecuali itu penduduk Madagaskar juga memiliki banyak ciri fisik Negroid( yaitu arab dan eropa Mediterania), yang paling jelas tampak di bagian tenggara. Bahasa suku-suku bangsa di Madagaskar dapat dikatakan seragam,dan terdiri dari logat-logat serta variasi-variasi dari dari bahasa Malagasi. Bahasa ini termasuk kelurgs bahasa-bahasa Austronesia, tetapi secara leksikografi terdiri dari dari istila-istila Bantu dan Arab. Di sebelah barat-laut bahasa yang utama adalah bahasa Swahili,sedang di bagian tenggara yang terpenting adalah Bahasa arab.

7. DAERAH-DAERAH KABUDAYAAN DI ASIA.
Pembagian atas benua Asia ke dalam daerah-daerah kebudayaan yang di lakukan oleh A.L.Kroeber, sebenarnya masih sangat kasar, dan lebih banyak di buat berdasarkan pemikiranya sendiri daripada berdasarkan analisa dan perbandingan unsur-unsur kebudayaan yang mendalam. Pada hakikatnya,suatu benua besar macam Asia terlalu luas untuk dapat di bagi ke dalam daerah-daerahnkebudayaan, karena diversitas ciri-cirinya terlalu besar. Karena itu sebaiknya seluru Benua Asia di bagi kedalam bagian khusus,seperti Asia Barat-daya,Siberia,Asia selatan dan sebagainya.
       Dalam sub-bab ini,dengan beberapa perubahan kawasan Asia di bagi menurut pembagian Kroeber ke dalam 7 bagian, yaitu: (1) daerah kebuvdayaan Asia tenggara, (2) daerah kebudayaan Asia selatan,(3) daerah kebudayaan Barat-daya,(4) daerah kebuyaan Cina,(5) daerah kebudayaan stepa Asia Tengah, (6) daerah kebudayaan Siberia, dan (7) daerah kebudayaan Asia Timur-laut.

8. SUKU-SUKU BANGSA DI INDONESIA
       Selain memilih suatu kejujuran dari sub-ilmu dari antropologi (paleontropologi), antropolgi fisik,etnologi,antropologi sosial, dan lain-lain,para ahli antropologi biasanya juga memilih suatu daerah tertentu, sehingga ia menjadi ahli Asia Barat-daya,ahli Asia Tenggara,dan lain-lain.
       Seorang ahli  Asia Tenggara, misalnya di anggap mengetahui segala seluk-beluk kehidupan masyarakat dan kebudayaan dari s3mua suku bangsa yang ada di myanmar, Muangthai, Laos,Kamboja, Vietnam, Malaysia,indonesia dan Filipina dan pernah melakukan penelitian yang mendalam pada sedikitnya dua suku bangsa(Sedapat mungkin satu di antaranya di bagian benua, dan satu lagi di bagian kepulauan).
Seorang ahli antropologi Indonesia tentu tidak mungkin ,memenuhi semua syarat itu. Ia terutama wajib mengenal berbagai bentuk  masyarakat dan kebudayaan di wilayah indonesia sendiri(termasuk irian jaya). Dalam pembagian kejuruan, antropologi secara konvensional mengelompokan Irian jaya dan papua Niugini bersama dengan penduduk Melanesia, yang di pelajari secara mendalam oleh para ahli ontropologi dengan kejuruan Melanesia atau Oseania. Selain memuaskan perhatianya pada wilayah indonesia, seseorang ahli antropologi indonesia juga wajib mengetahui cukup banyak mengenai berbagai masyarakat dan kebudayaan negara tetangga, seperti malaysia, Brunei,Filipina, Papua Niugini, dan negara-negara di Asia tenggara umumnya.
Pada umumnya,penggolongan berbagai suku bangsa indonesia di dasarkan pada sistem lingkaran hukum adat yang di buat oleh Van Vollenhoven. Pada peta 7 indonesia di bagi kedalam 19 daerah sebagai berikut:
1. Aceh                                                    9. Gorontalo
2. Gayo-Alas dan Batak                        10. Toraja
2a.Nias dan Batu                                   11. Sulawesi selatan
3. minangkabau                                     12. Ternate
3a. Mentawai                                         13. Ambon maluku
4. Sumatra selatan                                 13a. Kepulauan Barat-daya
4a. Enggano                                            14. Irian
5. Melayu                                                 15. Timor
6. Bangka dan Biliton                             16. Bali dan Lombok
7. kalimantan                                              17. Jawa Tengah dan Jawa Timur
8. minahasa                                                 18. Surakarta dan yogyakarta
8a.Sangir-talaud                                          19. Jawa Barat.
       Lokasi suku-suku bangsa di indonesia yang masih berpedoman pada peta bahasa J.Esser,terutama untuk daerah kalimantan,Sulawesi,Indonesia timur, dan bahkan juga beberapa bagian sumatra, belum sepenuhnya dapat di andalkan.

9. RAS,BAHASA, DAN KEBUDAYAAN.
       Sejumlah manusia dengan ciri-ciri ras yang sama belum tentu mempunyai bahsa unduk yang tergolong satu keluarga bahasa, apalagi termasuk dalam satu daerah kebudayaan. Orang thai, orang khmer,dam orang sunda, misalnya, semua memiliki ciri-ciri ras Paleo-Mongoloid, tetapi berbeda-beda bahasa. Bahasa Thai termasuk keluarga bahasa sino-Tibetan, bahasa khmer termasuk keluarga bahasa austronesia. Demikian pula Kebudayaan ketiga suku bangsa itu saling berbeda. Kebudayan Thai dan Khmer banyak di pengaruhi oleh agama Budha Theravada,tetapi kebudayan sunda di pengaruhi oleh agama islam.
       Sebaliknya, perbedaan ras pada berbagai suku bangsa tidak menghindari kemungkinan penggunungan bahasa yang walaupun mungkin berbeda-beda,berasal dari keluarga bahasa yang sama. Bahasa orang huwa, yaitu penduduk daerah pegunungan di Madagaskar,yang memiliki ciri-ciri ras negroid yang tercampur dengan beberapa ciri ras negroid yang tercampur dengan beberapa ciri ras kaukasoid Arab, tergolong induk bahasa yang sama dengan bahasa jawa maupun bahasa bgu(sala satu bahasa di irian jaya), yaitu keluarga bahasa Austronesia. Kebudayaan orang huwa yang di klasifikasikan ke dalam daerah kebudayaan Madagaskar, di zaman yang lampau banyak di pengaruhi oleh kebudayaan imerina. Kebudayaan orang Huwa adalah kebudayaan agraris,dan religinya yang asli telah mendapat pengaruh agama katolik.
       Kebudayaan jawa juga merupakan kebudayan agraris. Masyarakat jawa sebagian besar hidup di daerah pedesaan yang  sejak abad ke-9 secara bergantian di kuasai oleh sejumlah kerajan kuno yang menganut agama hindu dan budha Mahayana, dan kemudian mendapat pengaruh agama islam. Para ahli menggolongkan kebudayaan jawa ke dalam lingkaran huku adat jawa-madura. Orang bgu adalah peramu sagu yang tinggal dalam desa-desa kecil sepanjang lembah sungai dekat rawa-rawa serta hutan-hutan sagu. Sistem religi  penduduk asli kini sudah banyak di pengaruhi oleh para pendeta Belanda.
Di zaman sekarang tampak suatu perkembangan baru, yaitu bahwa sejumlah orang yang memiliki ciri-ciri ras yang berbeda-beda,menganut ke budayaan yang sama. Hal ini banyak terjadi di Negara-negara besar sekarang. Warga negara Amerika serikat yang berasal dari berbagai ras, yaitu ras Kaukasoid(penduduk yang berasal dari Eropa),ras Negroid(penduduk berkulit gelap), ras mongoloid (penduduk berkulit gelap), ras mongoloid Amerika(orang indian), dan ras mongoloid(penduduk Amerika keturunan cina,jepang,dan lain-lain),semuanya kini mempunyai kebudayaan yang sama. Demikian juga halnya dengan berbagai negara di eropa.
Dari contoh-contoh di atas jelas bahwa berbagai ras yang ada di dunia telah mencapai kemantapan sejak beberapa ratus ribu tahun yang lalu. Kemantapan proses percabangan dan penyebaran keluarga-keluarga bahasa Asia,Eropa, Afrika,Amerika utara,Amerika Tengah,dan Amerika selatan baru berlangsun sesudahnya,yang di susul dengan pembentukan serta penyebaran beragam kebudayaan,yaitu pada akhir zaman prasejara dan sesudahnya, sampai sekitar 3.000-4.000 tahun yang lalu.
       Perkembangan komunikasi yang makin meluas sekarang ini menyebabkan bahwa pembaharuan antara berbagai ras,bahasa,dan kebudayaan berlangsung makin intensif.Walaupun demikian, untuk kepentingan anlisa antropologi,kita perlu mengetahui pola penyebaran yang pernah terjadi. Pola penyebaran dari berbagai kebudayaan di muka bumi dapat di analisa dengan menggunakan peta-peta daerah kebudayaan terurai di atas sebagai pedoman.
10. BACAAN UNTUK MEMPERDALAM PENGERTIAN.
Atlas(1938) Atlas van Tropich Nederland. Amsterdam: Koninklijk Nederlandsch Aardrijkskunding Gnootschap.
Bernatzik, H. (editor)(1930) Die Grosse voelkerkunder.Leipzig.
Cooper, J.M.(1925) “Culture Diffusion And Cultures Areas In Southen South America”, dalam: Congress International Des Americanits,XXI:hlm. 406-421.
Herskovits,M.J.(1969) “A Preliminary Consideration Of The Culture Areas Of Africa”, Dalam: American Anthropologits, XXVI : hlm. 50-63.
Koentjaraningrat (1969) Atlas Etnografi sedunia. Jakarta: Dian Rakyat.
---(1970) Keseragaman Dan Aneka Warna Masyarakat Irian Barat. Jakarta, Seri Monografi LIPI No. ¼.
Kroeber, A.L.(1947) “Culture Groupings In Asia”, dalam: southwestern Journal Of Anthropology”, III: hlm. 322-330.
---(1931) “The Culture Area Concept Of Clark Wissler”, dalam: Methods In Social Science. Redaksi S.A. Rice.Chicago: University of Chicago Press, Hlm. 248-265.
LeBar,F.M.(editor)(1972) Ethnics Groups Of Insular Southeast Asia.
NeW Haven:Human Relations Area Files.Jlid I:Indonesia,Andaman Island,Madagaskar,Jilid II:philippiens.
Mandelbaum,D.G.(1955) “The Study Of Comlecx Civilizations”,dalam: Yeorbook Of Anthropology. Redaksi W.L. Thomas. Chicago:Wenner Gren Foundation for Anthropological Research. Hlm. 203-225.
Murdock,G.P.(1948) Anthropology In Micronesia. New York,Transsaction of The New York Academy of Science,Series 2,II, 1: hlm. 9-16.
---(1951) Outline Of South American Cultures. New Haven: Hmman Relations Area Filers.
---(1959)Africa:Its Peoples And Their Cultural History.New York: McGraw Hiil Company.
---(1975) “World Ethnographic Sample”, dalam: American Anthropologits,LIX:hlm. 666-687.
Spencer,R.F.(1956) An Ethno-Atlas(A student’s Manual Of Tribal Linguistic And Racial Groupss). Dubuque, W.M.C.
Schmidt,W.(1926) Die sparchfamilien und Sprachhenkreise Der Erde. Heidelberg.
Steward,J.H., dan L.C.Faron(1959) Native peoples Of South America. New York,Toronto,London,:Mcgraw Hiil.
Tolstov,S.P.(editor)(1954-57) narody Mira. Izdatel’svto.Akademii Naulu SSSR.Jilid I-VIII.
Ter Haar,B.(1968) Adat Law In Indonesia. New York:Institute of pasific Relations.
Vayda,A.P,(1968) Peoples And Cultures Of The Pasific;An Anthropological Reader.New York:The Natural Hystory Press.