BAB VII
ANEKA RAGAM KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT
1. KONSEP SUKU BANGSA
Suku
bangsa, tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat, baik memiliki suatu
komunitas desa, kota, kelompok kekerabatan, atau lainnya, memiliki suatu corak
yang khas, yang terutama tampak oleh orang yang berasal dari luar masyarakat
itu sendiri. Warga kebudayaan itu sendiri biasanya tidak menyadari dan melihat
corak khas tersebut. Sebaiknya, mereka dapat melihat corak khas kebudayaan
lain, terutama apabila corak khas itu mengenai unsur-unsur yang perbedaannya
sangat mencolok dibandingkan dengan kebudayaan sendiri.
Suatu
kebudayaan dapat memiliki suatu corak yang khas karena berbagai sebab, yaitu
antara lain karena adanya suatu unsure kecil (dalam bentuk unsure kebudayaan
fisik) yang khas dalam kebudayaan tersebut, atau karena kebudayan itu memiliki prantara-prantaara
dengan suatu pola sosial khusus, atau mungkin juga karena warga kebudayaan
mengnut suatu tema budaya yang khusus. Sebaiknya, corak khas mungkin pula
disebabkan karena adanya kompleks unsur-unsur yang lebih besar, sehingga tampak
berbeda dari kebudayaan-kebudayaan lain.
Kebudayaan
sunda merupakan suatu kesatuan yang berbeda dari kebudayaan jawa, banten, bali,
atau lainnya, karena orang sunda sendiri menyadari bahwa di antara warga sunda
ada keseragaman dalam kebudayaan yang memiliki kepribadian dan jati diri yang
berbeda dengan kebudayaan lain itu. Terutama adanya bahasa sunda yang berbeda
dengan bahasa jawa, atau bali, makin menyadarkan orang sunda akan kepribadian
khusus tadi.
Pokok
perhatian dari suatu deskripsi etnografi adalah kebudayaan-kebudayaan dengan
corak khas seperti itu, yang disebut dengan istilah “suku bangsa” (dalam bahasa
inggris disebut ethnic grup, yang kalau diterjemahkan secara harfiah menjadi
“kelompok etnik”). Konsep yang tercakup dalam istilah “suku bangsa”adalah suatu
golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan jati diri mereka akan kesatuan
dari kebudayaan mereka, sehingga kesatuan kebudayaan tidak ditentukan oleh
orang luar (misalnya oleh seorang ahli antropologi, ahli kebudayaan dan
sebagaainya yang menggunakan metode-metode analisa ilmiah), melainkan oleh
warga kebudayaan yang besangkutan itu sendiri
Dalam
kenyataan, konsep “suku bangsa” lebih kompleks dari pada apa yang di uraikan di
atas, karena baatas dari kesatuan manusia yang merasa dirinya terikat oleh
keseraagaman, kebudayaan itu dapat melias atau menyempit, sesuai dengan
keadaan. Penduduk pulau flores, misalnya terdiri dari berbagai suku Bangsa,
yaitu orang manggarai, ngada, sikka, rium, nage-keo, ende dan larantuka.
Kepribadian khas mereka masing-masing dikuatkan oleh bahasa yang berbeda dan
tidak dipahami oleh yang lain. Walaupun demikian, apabila warga-warga
floresyang berasal dari berbagai suku baangsa yang berbeda-beda itu berada di
kota Jakarta, misalnya, dimana mereka harus menghadapi golongan-gologan atau
kelompok-kelompok suku baangsa lain bukan-flores, mereka semua akan merasa diri
mereka sebagaai putra-ptra flores, dan tidak sebagai orang sikka, orang ngada,
orang latuka dan sebagainya.
Deskripsi
mengenai kebudayaan dari suatu suku Bangsa bisanya merupakan isi dari suatu
karangan etnografi. Namun karena ada suku bangsa yang besar sekali, yang teridi
dari berpuluh juta penduduk misalnya suku bangsa sunda, maka seorang penulis
antropologi tentu tak mungkin mencangkup seluruh suku bangsa itu dalam
deskripsinya. Karena itu biasanya hanya sebagian dari kebudayaan suku bangsa
itu yang dapat di lukisnya olehnya. Etnografi yang di tulisnya misalnya haanya
akan dibatasi pada kebudayaan suknda dalam suatu (atau beberapa) desa tertentu,
kebudayan sunda dalam suatu kabpaten tertentu, kebudayaan sunda di pegunungan,
kebudayaan sunda di daerah pantai, kebudayaan sunda dalam suatu lapisan sosial
tertentu, dan sebagainya.
Aneka
ragam kebudayaan suku bangsa. Selai
mengenai besar kecilnya jumblah penduduk dalam kesatuan masnyarakat suku
bangsa seorang ahli antropologi tentu juga menghadapi masalah mengenai
perbedaan asas dan kerumittan dari unsure kebudayaan yang menjadi pokok
penelitian atau deskripsi etnogafinya. Karena itu sebaiknya kesatuan masnyarakat
suku-suku bangsa diseluruh dunia dibedakan berdasarkan mataa pencaharian dan
system ekonominya, yaitu (1) masnyarakat pemburu dan peramul, (ii) masnyarakat
peternak, (iii) masnyarakat peladang, (iv) masyarakat melayan, (v) masyarakat
petani , pedasaan, dan (vi) masnyarakat
perkotaan komples
Kebudayaan
suku bangsa yang hidup dari berburu dan meramu sejak taroh abad ke-20 ini sudah
hampir tidak ada lagi hanya mereka yang tinggal di daerah-daerah terpencil,
atau daerah-daerah yang kedaan alamnya tidak disukai sebagai tempat tinggal
(misalnya daerah pantai utara kanada yang terlampau dingin, atau daerah gurun
yang terlampau gersang), yang masih bermata pencaharian sebagai pemburu dan
pemaru. Daerah pantai utara kanda di huni oleh suku-suku bangsa eksimo yang memburu
hewan-hewan kutub; dipucuk selatan Amerika tinggal suku bangsa Ona dan yahgan,
yang hidup dari berburu dan menangkap ikan ; di daerah gurun kalihari di afrika
selatan tinggal orang bushmen ; dan gurun Australia tinggal beberapa suku
bangsa penduduk asli Australia ras austrloid sebagai pemburu hewan-hewan gurun .
Sekarang
jumlah suku bangsa didunia yng hidupnya masih tergantung dari pekerjaan berburu
belum ada setengah juta orang, atau sekitar 0,01% dari seluruh penduduk dunia.
Jumlah itu pun makin lama makin berkurang, karena banyak di antara suku-suku
bangsa seperti itu mulai menetap di kota-kota dan brkerja sabagai buru.
Walaupun demikian, perhatian para ahli antropologi terhadap kebudayaan suku
bangsa yang masih melakukan suatu bentuk mata pencarian hidup yang tertua
seperti itu masi cukup besar, untuk dapat mengetahui asas-asas kehidupan
masyarakat manusia. Di Indonesia, suku-suka bangsa peramu,masi terdapat daerah
rawa-rawa di pantai irian jaya,yang secara husus meramu sagu .
Kebudayaan
peternak sekarang masih terdapat di daerah-daerah padang rumput setepa atau
sabana di asia barat-daya,asia tengah,Siberia,asia timur laut,afrika timur, dan
daerah afrika selatan.hewan yang meraka pelihara berbeda-beda,sesuai dengan
daerah biografinya.di daerah-daerah oase di tengah-tengah gurun di semenajung
arab,tinggal suku-suku bangsa arab badui yang memelihara unta,kambing,dan
kuda.di derah-daerah gurun,stepa,dan sabana di asia barat-daya suku-suku bangsa
khanzah di iran,dan pashtun di Afghanistan memelihara domba,sapi,dan
kuda.daerah-daerah stepa di asia tengah di huni oleh berbagai suku bangsa
monggolia dan turki,seperti buryat, Kazakh, kirghiz,dan uzbek,yang memelihara
domba,kabing,unta,dan kuda,sementara mereka yang berdiam di Siberia,yakni suku
bangsa kalmuk,goldi,dan yakut,memelihara domba dan kuda.di daerah-daerah tundra
di asia timur-laut tinggal suku-suku bangsa lamut dan gilyak,memelihara rusa
reinder.daer daerah-daerah stepa dan sabana di afrika timur dan selatan di huni
oleh suku-suku bangsa bantoid yang memelihara sapi.
Suku-suku
bangsa peternak hidup berpindah-pindah dari satu perkemahan dan perkemahan
lainnya, dengan membawa ternak mereka sesuai dengan musimnya.susu yang di
hasilkan meeka sesuai dengan musimnya. Kebudayaan peladang perambah hutan
berada di hutan-hutan rimba tropis di daerah aliran sungai kongo (afrika
tengah),asia tenggara (termasuk Indonesia),dan daerah aliran sungai amazon
(Amerika selatan).semua masyarakat peladang di daerah-daerah tersebut menggunakan
teknik bercocoktanam yang seragam,yang di awali dengan membersihkan belukar
bawah,menebang pohon-pohon,lalu membakar daun,dahan serta kayu yang telah di
tebang.
Walaupun
masyarakat-masyarakat peladang seperti itu hidup berpindah-pindah,mereka umumya
memiliki desa-desa tetap.apabila jarak antara desa dengan lading mereka menjadi
terlalu besar,mereka membangun gubuk-gubuk sementara di tengah lading atau di
atas pohon untuk mengawasi tanaman mereka.
Bercocok
tanam di ladang merupakan mata pencaharian yang dapat menjadi dasar dari suatu
peradaban yang kompleks,seperti peradaban indian maya dalam abad ke-15 meksiko
selatan,yukatan, dan Guatemala.
Kebudayaan
nelayan dapat di jumpai di daera-daerah pantai di seluruh dunia.Desa-desa
nelayan biasanya berada di sekitar muara sungai atau teluk,karena tempat-tempat
seperi itu lebih mudah untuk melabuhkan perahu atau biduk.kecuali itu di suatu
teluk ikan biasanya banyak terdapat,tempat mereka bertelur pada musim-musim
tertentu.dalam kebudayaan nelayan,para warga tentu mengetahui teknologi membuat
perahu,cara navigasi di laut,dan di samping itu mereka juga memiliki organisasi
sosial yang dapat menampung suatu sistem pembagian kerja antara
pelaut-pelaut,pemilik perahu, dan orang yang membuat perahu.sistem religi
mereka biasanya terdiri dari unsur-unsur keyakinan,upacara,dan ilmu gaib yang
berkaitan erat dengan persepsi dan konsepsi mereka mengenai laut.
Kebudayaan
petani pedesaan sekarang merupakan perhatian utama para ahli antropologi,karena
jumlah terbesar penduduk dunia sekarang memang bermata pencaharian sebagai
petani tradisional,yang bercocok tanam dengan irigasi.para petani itu tinggal
dalam komunitas-komunitas desa yang bersama dengan komunitas-komunitas desa
tetangganya umumnya berada di bawah suatu kekuasaan yang lebih tinggi,yang
membentuk suatu kesatuan ekonomi,sosial budaya,atau administrative yang lebih
besar.kebudayaan penduduk komunitas-komunitas desa biasanya berorientasi kepada
kebudayaan dari otoritas yang lebih tinggi tersebut yang lazimya berada di kota
administratif.kebudayaan kota yang di dukung oleh penduduk yang umumnya
menjalani gaya hidup pegawai,oleh para petani di desa di anggap sebagai
kebudayaan yang lebih “beradab’’,dan yang menjadi pedoman serta acuan
mereka.oerientasi kebudayaan masyarakat perdesaan di jawa (yang pada umumnya
petani tradisional) adalah kebudayaan golongan pegawai (yaitu kebudayaan
“priyayi”) yang terdapat di kota-kota administratif.
Kebudayaan
perkotaan yang kompleks banyak menjadi obyek penilitian para ahli antropologi
setelah perang dunia II,ketika banyak daerah jajahan yang umumnya merupakan
daerah-daerah multietnik menjadi merdeka. Ketika Negara-negara baru itu mulai
membangun daya Tarik bagi berjuta-juta penduduk perdesaan dengan beragam latar
belakang kebudayaan,sehingga muncul gejala hubungan interaksi antar suku
bangsa.selain berbagai masalah yang ada dalam perkotaan, masalah-masalah yang
muncul akibat hubungan antar suku bangsa di dalam masyarakat perkotaan
menyebabkan terjadinya sub-ilmu antropologi yang di sebut “antropologi
perkotaan”.
Pembatasan
deskripsi etnografi tentang suatu kebudayaan suku bangsa tentu memerlukan suatu
metode, yang secara khusus akan di uraikan dalam jilid II buku ini,mengenai
pokok-pokok etnografi. Sekarang akan di uraikan terlebih dahulu bagaimana
membandingkan unsur-unsur yang sama yang terdapat dalam berbagai kebudayaan
suku bangsa, yang memerlukan suatu konsep yang mencakup persamaan unsur-unsur
kebudayaan dari berbagai suku bangsa itu sehingga menjadi kesatuan-kesatuan yang
lebih besar, yaitu konsep “daerah kebudayaan”
2. KONSEP DAERAH KEBUDAYAAN
Suatu”daerah
kebudayaan” adalah suatu daerah pada peta dunia yang oleh para ahli antropologi
disatukan berdasarkan persamaan unsur-unsur atau ciri-ciri kebudayaan yang mencolok. Dengan
penggolongan seperti itu, sebagai suku bangsa yang tersebar di suatu daerah di
muka bumi di klasifikasikan berdasarkan kebudayaan yang menunjukan persamaan,
untuk memudahkan para ahli antropologi melakukan penelitian analisa komparatif.
Klasifikasi berdasarkan daerah
kebudayaan mula-mula di cetuskan oeh F. Boas,walaupun konsep itu menjadi
terkenal dengan terbitnya buku C.Wissler(murid Boas) berjudul The American
Indian (1920). Dalam buku itu Wissler membagi kebudayaan suku bangsa indian
penduduk Amerika Utara ke dalam 9 daerah kebudayaan.
Ciri-ciri kebudayaan yang di jadikan dasar dari suatu penggolongan
daerah kebudayaan bukan hanya unsur-unsur kebudaaayaan fisik saja (misalanya alat-alat yang di gunakan
untuk berbagai jenis mata pencaharian hidup, yaitu alat berrcocok tanam , alat berburu,dan alat
transpor,senjata, bemtuk-bentuk ornamen ,gaya pakaian,bentuk rumah,dan
sebagainya), tetapi juga unsur-unsur kebudayaan abstrak seperti unsur-unsur
organisasi kemasyarakatan ,sistem perekonomian,upacara keagamaan ,adat istiadat
dan lain-lain. Persamaan ciri-ciri mencolok dalam suatu daerah kebudayaan
biasanya hadir lebih kuat pada kebudayaan-kebudayaan yang merupakan pusat dari
daerah kebudayaan yang bersangkutan,dan makin tipis di dalam kebudayaan-kebudayaan
yamg jaraknya makin jauh dari pusat tersebut.
Sifat kurang eksak yang merupakan
kelemahan dari metode klasifikasi “daerah kebbudayaan” tersebut telah
mengundang kecaman dari para ahli antropologi sendiri, sementara upaya untuk
mempertajam batas-batas dari suatu daerah kebudayaan bahkan akan mengaburkanya.
Walaupun demikian, metode klasifikasi ini sampai sekarang masi banyak di
gunakan,karena pembagian wilayah itu dapat memberikan gambaran yang menyeluruh
kepada seorang peneliti mengenai berbagai kebudayaan yang berbeda-beda yang ada
di dunia.
Pembagian daerah-daerah kebudayaan di
muka bumi akan di uraikan dalam sub-sub
berikut ini,dengan perhatian khusus terhadap daerah kebudayaan di asia
tenggara dan indonesia.
3. DAERAH-DAERAH
KEBUDAYAAN DI AMERIKA UTARA
Kesembilan daerah kebudayaan di
Amerika utara menurut klasifikasi C. Wissler yang tergambar dalam peta adalah :
1. Daerah kebudayaan Eksimo,yang
meliputi kebudayaan suku-suku bangsa pemburu hewan laut yang tinggal di pantai
uatara dan barat-laut kanada, serta pulau-pulau yang berhadapan dengan
kanada,yaitu Bafinland,Greennland,dan lain-lain. Penduduk daerah-daerah yang
telah beradaptasi dengan lingkungan tanpa pohon dan suhu yang sangat rendah ani
adalah antara lain suku bangsa Eksimo Nunivakmiut di Alaska,Eksimo Iglulik di
pantai bagian utara dari teluk Hudson,dan Eksimo Angmasalik di pantai tenggara
Pulau greenland.
2. Daerah kebudayaan
Yukon-Mackenzie,yang meliputi kebudayaan suku-suku bangsa pemburu hewan yang
terdapat dalam hutan koniferus di kanada barat laut(misalnya beruang),penangkap
ikan di sungai Yukon, sungai mackenzie,dan sungai-sungai kecil lainya. Di
beberapa tempat ada suku-suku bangsa yang dalam musim-musim tertentu berburu
rusa reindeer. Salju lembut yang banyak terdapat,menyebabakan berkembangnya
sepatu salju. Contoh dari suku-suku bangsa daerah kebudayaan ini adalah tanana
di hulu sungai yukon,yaska di hulu sungai Mackenzie,dan Chipwayan di daerah
danau-danau di kanada Utara.
3. Daerah kebudayaan pantai barat laut,
yang meliputi kebudayaan suku-suku bangsa bermasyarakat rumpun yang tinggal di
desa-desa tepi pantai barat-laut kanad dan pulau-pulau di seberangnya.
Suku-suku bangsa itu bermatapencaharian seperti nelayan(terutama menangkap ikan
salm dan ikan paus). Ciri-ciri yang mencolok dalam kebudayaanya adalah
upacara-upacara totemisme,seni patung kayu,seni tenun,adat-istiadat yang
berhubungan dengan potlatch,yaitu pesta-pesta besar yang di gunakan oleh
berbagai desa untuk memamerkan kekayaanya masing-masing secara berlebihan.
Contohnya adalah suku bangsa tlingit,Haida,dan Kwaikiutl.
4. Daerah kebudayaan dataran tinggi,yang
meliputi kebudayaan suku-suku bangsa bermasyarakat rumpun yang di musim dingin
tinggal di dalam rumah-rumah yang hanya sebagian berada di atas permukaan
tanah,dan dalam musim panas tinggal dalam rumah-rumah yang terbuat dari jerami.
Suku-suku bangsa nelayan dan peramu itu adalah suku bangsa kuteni,Klamat,dan
yurok.
5. Daerah kebudayaan plains,yang terdiri
dari kebudayaan-kebudayaan suku bangas bermasyarakat rumpun yang hingga akhir
abad ke-19 trsebar di daerah stepa yang terbentang antara sungai
mississippibdan deret pegunungan rocky.mereka hidup dari berburu banteng bison
yang mereka lakukan dengan mengendarai kuda.Dengan kandasnya banteng
bison,orang-orang india Crow,omaha,dan Comanche yang juga di sebut Indian
prairie ini telah mulai melakukan pekerjaan lain,dan banyak yang telah tinggal
di kota.
6. Daerah kebudayaan Hutan Timur,yang
meliputi kebudayaan suku-suku bangsa bermasyarakat rumpun yang tersebar di
daerah sekitar bagian timur-laut Amerika Utara, dan hidup sebagai petani
menetap,dengan tanaman pokok jagung. Dalam musim panas suku-suku bangsa ini
umumnya tinggal dalam rumah panjang yang terbuat dari kulit pohon,dan dalam
musim dingin dalam rumah yang juga terbuat daru kulit pohon yang membungkus
kerangka berbentuk kerucut(wighwam). Contohnya adalah suku bangsa
winnebago,Huron,iroquois.
7. Daerah kebudayaan Dataran
kalifornia(California Great Basin),yang meliputi kebudayaan-kebudayaan
suku bangsa bermasyarakat rumpun yang
pekerjaanya berburu dan meramu biji-bijian.Mereka tinggal dalam rumah-rumah
jerami,dan terkenal karena keindahan seni anyamanya. Contoh adlah suku bangsa
Miwok ,Washo, dan Ute.
8. Daerah Kebudayaan Barat-Daya, yang
meliputi kebudayaan-kebudayaan suku bangsa bermasyarakat rumpun yang tersebar
di daerah gurun dan setengah gurun,dan bertani secara intensif di lembah-lembah
sungai. Suku suku bangsa ini tinggal dalam rumah-rumah tingkat berbentuk persegi yang terbuat dari tanah liat(pueblo),yang
demi keamanan banyak di bangun di puncak gunung karang yang curam. Contoh
sku-suku bangsa ini adalah Apache,Navaho,zuni,pueblo,Hopi pueblo,dan santa
Clara pueblo.
9. Daerah kebudayaan tenggara,yang
meliputi kebudayaan-kebudayaan suku bangsa petani yang bercocok tanam secara intensif dengan menggunakan cangkul.
Tanaman pokok mereka adalah jagung,berbagai jenis labu,dan tembakau.suku-suku
bangsa pemuja matahari yang tinggal dalam rumah-rumah panjang ini tergabung
dalam federasi-federasi desa yang luas. Contohnya adlah suku bangsa
Cherokee,Seminole,dan Choctow.
10. Daerah Kebudayaan Meksiko,yang
meliputi kebudayaan suku-suku bangsa bermasyarakat rakyat pedesaan berorientasi
kepada peradaban kota yang banyak terpengaruh kebudayaan spanyol dan agama
katolik.sebelum kedatangan orang spanyol,rakyat desa berorientasi kepada
peradaban tinggi di kota-kota besar yang membangun kuil-kuil indah yang
merupakan pusat pemujaan matahari.Di kuil-kuil tersebut di lakukan
upacara-upacara besar dengan korban manusia.rakyat di desa hidup sebagai peladang,yang
menanam jagung,kentang,berbagai jenis labu,tembakau,dan kapas sebagai tanaman
pokok.
4. DAERAH-DAERAH KEBUDAYAAN DI AMERIKA LATIN
J.M
Cooper adalah orang yang pertama kali menggolongkan benua Amerika bagian tengah
dan selatan ke dalam daerah kebudayaan Amerika latin,(1) circum Caribbean
cultures, (2) Andean civilization,(3)Tropical forest cultures, dan(4)Marginal
cultures. Sistem penggolongan itu juga di gunakan sebagai dasar dari buku yang
terdiri dari enam jilid mengenai penduduk pribumi Amerika latin yang di susun
oleh 90 orang ahli dan diredaksi oleh J.H.steward. berjudul Handbook Of The
South American Indians.
G.P.Murdock
telah membuat suatu sistempembagian daerah kebudayaan yang lebih rinci,yaitu
denagn membagi seluruh benua Amerika ke dalam 24 daerah kebudayaan. Klasifikasi
it juga mamperhitungkan perbedaan-perbedaan sistem kekerabatan dan
perbedaan-perbedaan linguistik.Namun karena klasifikasi ini di anggap kurang
praktis,para ahli antropologi jarang menggunakanya.
Dalam
buku J.H.steward dan L.C.Faron,natife peoplesOf south America (1959)yang
merupakan ikhtisar dari bahan dalam buku Handbook Of The South American
Indians, sistem klasifikasi Coopers masih di gunakan,namun sistem klasifikasi
itu di ubah menjadi lima tipe,yaitu(1)cultures with theocratic and militaristic
chiefdoms, (2) Anden cultures,(3) Southern Andean cultures,(4)tropical forest
cultures,dan(5)cultures of nomsdic hunters and gatherers. Berbeda dengan sistem
pembagian daerah kebudayaan yang lazim,sistem dalam buku steward dan faron ini
juga memperhitungkan enclaves dari kebudayaan-kebudayaan dari suatu tipe yang
tersebar terakhir atau berada dalam daerah kebudayaan tipe lain.
Sistem
yang tersebut terakhir itu juga di gunakan dalam buku ini. Tipe yang pertama
yaitu cultures with theocratic and militaristic chiefdoms di sini di
terjemahkan dengan “kebudayaan-kebudayaan dengan sistem kenegaraan(atau
kerajaan) kecil” untuk menghindari pemakaian istilah cacique dalam bahasa
spanyol yang terdapat dalam sumber-sumber spanyol abat ke-17 mengenai
kebudayaan .
Daerah-daerah
kebudayaan dengan sistem kebudayaan(atau kerajaan kecil),yang maupun sekarang
tersebar di kepulauan karibia,venezuela,Columbia bagian utara,Equador,dan
Bolivia bagian timur,umumnya sampai kedatangan orang spanyol telah
mengembangkan organisasi-organisasi kemasyarakatan yang melampaui batas desa,
misalnya berupa federasi antar desa. Organisasi semacam ini biasanya terbentuk
karena terjadi penggabungan akibat perang,tetapi dapat juga menunjukan sistem
organisasi kenegaraan atau kerajaan kecil. Kerajaan-kerajaan seperti ini,antara
lainGuetar di panama,chibcha di Columbia dan equador,dan Cula di Columbia,di jaman
dahulu umumnya mengembanagkan suatu sistem upacara keagamaan yang melibatkan
berbagai benda peralatan upacara,seperti perhiasan serta bangunan-bangunan suci
yang indah,yang memperlihatkan pengaruh peradaban andes..
Daerah
kebudayaan andes meliputi daerah kebudayaan di zaman sebelum masa jaya kejayaan
Inca di pegunungan andes,dan kebudayaan suku-suku bangsa india seperti campa dan
Inca,setelah runtuhnya kerajaan Inca di peru dan bolivia bagian barat.
Daerah
kebudayaan Andes selatan meliputi kebudayaan suku-suku bangsa penduduk Chili
bagian utara dan Argentina,yang tidak pernah memiliki sistem organisasi sosial
yang luas,seperti sustem federasi antar desa,atau negara kecil,tetapi yang
dalam kebudayaan kebendaan dan teknologinya mendapat pengaruh dari peradaban
Andes. Contohnya adalah suku-suku bangsa Atacama,Diaguita, dan Araucania.
Daerah
kebudayaan rimba tropis meliputi kebudayaan suku-suku bangsa penduduk daerah
perairan sungai Amazon berikut berbagai anak sungainya,dan sebagian besar
penduduk Brasil.penduduk daerah sungai Amazon umumnya bercocok tanam di ladang,dan tinggal
dalam desa-desa tetap.contohnya adalah suku bangsa jivaro,Tupinamba,dan
Mundurucu.
Daearah
kebudayaan pemburu dan peramu adalah daerah kebudayaan yang oleh Cooper di
sebut marginal cultural urea,dan meliputi kebudayaan suku-suku bangsa yang
tidak mengenal pertanian. Banyak di antaranya memang memiliki pola hidup yang
“marjinal”(berada pada batas kewajaran kehidupan manusia),dan teknik berburu
maupun jenis hewan yang di buru atau jenis tanaman yang di ramu,sangat berbeda
antara yang satu dengan lainya.Suku bangsa pemburu Chono,Ona dan Yahgan di
chili selatan,misalnya menggantungkan hidupnya dari penangkapan
kerang;sementara berbagai suku bangsa lain di Argentina,hingga kira-kira awal
abad ini masih berburu guanaco(yaitubjenis unta). Banyak dari suku-suku bangsa
ini sekarang sudah hidup sebagai petani atau peternak,atau mencari kehidupan di
kota.suku-suku bangsa lain,seperti Guaycuru,Guana,dan mbaya yang hidup di
daerah sabana dan padang-padang belukar di dataran Gran
Chaco,bermatapencaharian sebagai peramu,tetapi juga sebagai pemburu dan
penangkap ikan. Berbagai suku bangsa lain di Bolivia timur dan suku bangsa
Nambicuara di Brasil masih hidup dari berburu di daerah hutan rimba tropik,sementara
berbagai suku bangsa lain,yang di sebut aquatic nomads(suku bangsa pemburu
akuatik),seperti suku bangsa Yaruro di Columbia Timur dan murah di Brasil hidup
dari menangkap ikan di sungai atau di rawa-rawa.
5. BAGIAN-BAGIAN KAWASAN GEOGRAFI DI OSEANIA.
Berbagai
kebudayaan pendudukan kepulauan di samudra pasifik belum seluruhnya di bagi
dalam berbagai daerah kebudayaan,karena lebih mudah menggolongkan beragam
kebudayaan yang tersebar di ratusan pulau itu berdasarkan keempat sub-kawasan
geografis,yakni kebudayaan-kebudayaan penduduk asli australia,kebudayaan
penduduk iriandan melanesia,kebudayaan penduduk Mikronasia,dan kebudayaaan
penduduk polynesia.
Australia
adalah suatu benua yang letaknya terpencil;malanesia adalah deretan pulau-pulau
yang sebenarnya merupakan pegunungan karang yang melingkari pantai timur
Australia,mulai dari irian hingga selandia baru;Mikronesia merupakan gugusan
atol di bagian barat samudra pasifik;dan polynesia adalah sub-kawasan kepulauan
yang terdiri dari semua tipe,yaitu kepulauan gunung berapi,kepulauan
padas,kepulauan atol,dan tipe-tipe lain,yang terletak dalam segitiga selandia
Baru-kepulauan paska,dan kepulauan hawaii.
Walaupun
pembagian itu terutama berdasarkan ciri-ciri geografi,tampak juga perbedaan
umum mengenai ciri-ciri fisik,bahasa,sistem kemasyarakatan,dan kebudayaan
penduduknya.
Penduduk
pribumi Australia memiliki ciri-ciri ras yang dalam antropologi fisik disebut
“kompleks ciri-ciri Australoid”. Walaupun terdesak ke daerah-daerah yang paling
buruk keadaan alamnya,sampai kini mereka mampu bertahan hidup dengan
berburu,yaitu jenis mata pencaharian yang di anggap sebagai sisa-sisa
kebudayaan manusia yang tertua di samping meramu,tanpa mengalami perubahan yang
berarti.
Penduduk
melanesia(termasuk irian)memiliki ciri-ciri rasMelanesoid. Dari segi
bahasanya,penduduk melanesia pada umumnya mengujar berbagai bahasa,yang bersama
denagan bahasa-bahasa penduduk Mikronesia dan polynesia,dan bahkan dengan
bahasa-bahasa di indonesia(kecuali sebagian besar bahasa-bahasa di pedalaman
Irian),Filipina,taiwan, dan madagaskar, dapat di golongkan ke dalam satu rumpun
bahasa,yaitu rumpun bahasa,yaitu Austronesia.
Dari
segi etnografi,kebudayaan-kebudayaan penduduk Melanesia memperlihatkan adanya
beberapa ciri yang khas yaitu antara lain(i)sistem sosial berdasarkan kegiatan
berkebun(dalam skala kecil), yang di lakukan dengan/tanpa kegiatan meramu
sagu,(ii) adanya kompleks unsur-unsur yang ada hubunganya dengan upacara balai
keramat untu pria(iii) upacara inisiasi berikut sistem lambang totemisme(iv),komleks
upacara pesta,babi, dan(v) gerakan raja adil.
Penduduk
mikronesia yang tinggal di pulau-pulau atol yang kcil dengan pekerjaan berkabun
(secara kecil-kecilan)dan menangkap ikan secara besar-besaran,pada umumnya
mengujar bahasa-bahasa yang sekeluarga,tetapi juga menunjukan persamaan dalam
sistem matapencaharian dan kemasyarakatan.
Selain
bahasa-bahasanya,penduduk polynesia yang memiliki ciri-ciri ras
polynesia,sebenarrnya belum banyak diteliti dan di analisa.
Kebudayaan-kebudayaa penduduk polynesia,sangat beragam,yaitu dari yang sangat
sederhana,hingga kebudayaan masyarakat yang berbentuk kerajaan. Suatu hal yang
sama pada hampir semua kebudayaan di polynesia adalah perkembanganya kebudayaan
maritim yang maju,termasuk kepandaian membuat perahu bercadik yang mampu
mengarungi lautan,dan keahlian dalam navigasi.
6. DAERAH-DAERAH KEBUDAYAAN DI AFRIKA
Kebudayaan-kebudayaan
suku-suku bangsa penduduk afrika(kecuali Madagastar) yang beranekaragam untuk
pertama kali di klasifikasikan ke dalam 10 daerah kebudayaan oleh ahli
antropologi Amerika,M.J Herskovits. Seperti tampak pada peta 4,sisitem tersebut
masih sangat kasar dan impresionistis,namun klasifikasi Herskovits boleh di
katakan cukup memuaskan untuk zaman ketika pengetahuan orang Amerika mengenai
Afrika masih berada pada taraf awal pekembangannya, pada waktu pengetahuan para
ahli prancis,inggiris,jerman,dan italia baru terbatas pda daerah-daerah jajahan
mereka masing-masing,dan belum meluas sampai benua afrika.
Dalam
tahun 1955 para ahli linguistik amerika,antara lain J.H.Greenberg,telah selesai
mengklasifikasikan bahasa-bahasa di afrika kedalam rumpun-rumpun dan
keluarga-keluarga bahasa.berbeda dengan di indonesia,klasifikasi bahasa-bahasa
di Afrika takdapat di gunakan untuk mengbuat suatu klasifikasi kebudayaan.
Dalam
bukunya tentang Afrika,G.P.Murdock membagi benua Afrika kedalam 38 daerah
kebudayaan yang di sebutnya culture areas.klasifikasi ini lebih rinci dari pada
klasifikasi Herkovits,karna murdock memasukkan unsur-unsur perbedaan bahasa dan
sistem kekerabatan ke dalamnya,sehingga hal itu malahan menghilangkan gambaran
umumnya.Bagi Afrika di perlukan suatu sistem klasifikasi yang sifatnya lebih
luas.Tetapi bagi daerah-daerah yang lebih husus,seperti indonesia,sistem
klasifikasi yang rinci dapat di gunakan.
Karena sistem klasifikasi Herskovits
telalu kasar,sedang klasifikasi murdock kurang memberikan gambaran yang
menyeluruh,penulis sendiri mencoba mengkombinasikan kedua sistem
tersebut,sehingga di peroleh suatu sistem yang membagi Afrika dan Madagaskar ke
dalam 18 daerah kebudayaan.berbeda dengan murdock yang menggambarkan
batas-batas daerah-daerah kebudayaan sesuai dengan daerah persebaran suku-suku
bangsa,sehingga garisnya berliku-liku,penulis menggambarkannya sebagai garis-garis
lurus.daerah sahara dan Hulu Tengah sungai Nil dalam susunan daerah kebudayaan
menurut hemat penulis sebenarnya tidak merukan dua daerah kebudayaan, melaikan
daerah giografi,karna dalam kedua daerah itu tidak terdapat ciri-ciri yang
seragam.
1. Daerah kebudayaan afrika utara.Deerah
kebudayaan ini meliputi kebudayaan suku-suku bangsa yang sepanjang sejarah
mengalami sejarah yang kurng lebih sama,sehingga waupun asalnya beraneka
ragam,namun ciri-ciri lainnya menampakkan kesaragaman.suku-suku bangsa tersebut
umumnya adalah petani yang mengerjakan tanahnya secara intensif dengan
bajak,dan menggunakan sistem pengairan irigasi. Di samping itu mereka juga
bertenak tambing,sapi,dan keledai. Kebudayaan petani pedesaan Berber yang
tergolong ras kaukasoid dan umumnya beragama islam,berorientasi kepada suatu
peradaban kota yang merupakan perpaduan kebudayaan Funia,mesir,yunani,rumawi,vandals
dari Germania,Byzanthium,kebudayaan dan agama islam dari jaman kalifa abbasiyah,kebudayaan
yahudi,agama islam abad ke-12,Islam dari Spanyol,dan islam dari zaman kejayaan
negri turki.Kecuali itu, kebudayaan rakyat petani pedesaan ini juga mendapat
pengaruh besar dari kebudayaan peternak arab badui, yang melakukan migrasi
besar-besaran ke Afrika utara dalam abat ke-11 dan abat ke-12, dan yang hingga
kini masih mengembang di daerah itu bersama dengan daerah ternak kambung dan
untahnya.
2. Daerah Kebudayaan Hilir Sungai Nil.
Daerah kebudayaan inim meliputi kebudayaan-kebudayaan suku-suku petani yang
berococoktanam secara intensif dengan bajak dan irigasi di daerah-daerah
sepanjang lembah-lembah sengai yang subur. Kebudayaan rakyat pedesaan ras
kaukasoid yang disebut orang Mesir ini, berorientasi kepada suatu peradaban
yang tinggi yang telah berumur berabat-abat lamanya, yang diawali dengan
kepribadian yang khusus dan unik (yaitu di zaman raja-raja farao), dan kemudian
masuknya pengaruh unsur-unsur kebudayaan yunani, Byzanthium, Islam, dan Turki.
3. Daerah Kebudayaan Sahara. Daerah
geografi ini meliputi kebudayaan-kebudayaan suku-suku bangsa yang hidup menetap
dalam masyarakat rumpun, maupun suku-suku bangsa peternak yang hidup
mengembara. Suku-suku bagsa ini hidup di lembah-lembah sungai, daerah sekitar
mat air (oase), dan daerah-daerah di mana air masih dapat diperoleh dengan
menggali sumur. Di bagian rimur Gurun Sahara, suku-suku bangsa serupa itu
secara dominan termasuk ras Negroid; di bagian tengah yang dominan adalah orang
Berber; dan di bagian-bagian barat dan suku-suku bagsa arab atau Berber yang
telah banyak berpengaruh oleh kebudayaan arab.
Kecuali bercocoktanam atau beternak,
rumpun-rumpun Negro, Berber dab arab tadi sejak berabat-abat sehingga sekarang
juga hidup dari perdagangan dengan membawa barang-barang dagangannya melintasi
daerah gurun melalui jalur-jalur yang tetap. Ciri lain yang mencolok yang di
miliki suku bangsa tuarge dan negroid di daera itu adalah adanya kasta-kasta hina yang terdiri dari
tukang-tukang pembuat benda-benda logam, pengrajin kulit, dan para pengamen.
4. Daerah Kebudayaan Sundah Barat.
Kebudayan ini meliputi kebudayaan-kebudayaan suku-suku bangsa peladang
berpindah, yang tidak menggunakan irigasi dan bajak, tetapi mengunakan cangkul
untuk mengolah tanah. Tanaman pokoknya adalah gandum sunda (sorghum dan fonio).
Selain itu mereka juga beternak sapi, walaupun hewan itu tidak dipelihara untuk
mendapatkan susu atau dagingnya, melainkan untuk menaikkan gengsi yang empunya
(misalnya untuk mas kawin). Kebudayaan rakyat pedesaan berorientasi kepada
peradaban-peradaban tinggi yang sejak berabat-abat lamanya yang berpusat di
kota-kota besar dan pusat-pusat kerajaan seperti Ghana Kuno, Mali Kuno,
Songhai, Bambara, dan lain-lain. Sejak kedatangan agama islam melalui rute-rute
perdagangan kafilah yang melintasi Sahara, hampir semua suku bangsa Negroid ini
memeluk agama dan kebudayaan islam.
Ciri-ciri yang mencolok dari kebudayaan rakyat pedesaan itu adalah
antara lain (i) tingkat-tingkat umur bagi pria, yang masing-masing memiliki
fungsi sosial, dan harus dilalui dengan upacara inisiasi; (ii) kedudukang
tukang pandai besi, tukang pengrajin kulit, serta pengamen dan penari jalanan
yang di anggap hina; (iii) adanya jabatan sebagian ´´tuan pengawas tanah´´dalam
pimpinan desa yang sifatnya setenga keramat;
dan (iv) pola perkampungan yang padat, dengan rumah-rumah yang berbentuk
bulat dengan atap yang berbentuk kerucut (gaya sudan).
5. Daerah Kebudayaan Sundan Timut.
Daerah kebudayaan ini meliputi kebudayaan-kebudayaan suku-suku bangsa petani
yang hidup dari bertani menetap dengan irigasi, denga tanaman pokok gandung
sundah (jenis tanaman yang ditanam suku-suku bangsa yang tinggi di bagian
selatan daerah kebudayan ini adalah kompleks tanaman pokok asia tenggara, yakni
kladi,ubi dan pisang). Bercocotanam terutamaa merupaka pekerjaan wanita, sedang
peternak yang juga merupakan mata pencaharian hidup yang sangat penting, secara
khusus merupakan pekerjan pria. Ternak yang merupakan unsur mas kawin yang
sangat penting, diambil susunya untuk membuat mentegs dan keju. Letak
rumah-rumah bergaya sundah di daerah kebudayaan ini saling berjahuan, dengan
perkarangan-perkarangan yang luas yang
memisahkan rumah yang satu dengan lainnya. Ciri lain yang mencolok
adalah sistem kenegaraan dengan dasar-dasar organisasi yang mirip dengan sistem
organisasi kerajaan mesir di zaman raja-raja farao.
6. Daerah Kebudayaan Hulu Tengah sungai
Nil. Daerah yang oleh murdock dijuluki daerah Nile corridor,bukan suatu daerah
kebudayaan,elainkan daerah geografi yang sejak berabad-abad menjadi semacam
jalur masuknya berbagai pengaruh kebudayaan kepedalaman Afrika. Kebudayaan-kebudayaan
daerah Hulu Tengah sungai Nil tidak seragam. Sala satu kebudayaan di daerah ini
adalah kebudayaan suku bangsa Nubia yang melakukan pertanian secara intensif
dengan irigasi dan bajak di lembah sungai Nil.Orang Nubia berorientasi kepada
suatu peradaban kuno yang di zaman dahulu berpusat di kota napata meru.
Peradaban itu mendapat pengaruh unsur-unsur kebudayaan mesir di zaman
Farao,unsur-unsur agama Nasrani dan Byzanthium,dan sejak 8 abd yang lalu
mendapat pengaruh unsur-unsur agama islam. Di daerah pegunungan kordofan
tinggal suku bangsa nuba(yang walaupun sama-sama memiliki ciri-ciri fisik
negroid,berbeda dengan nubia terurai di atas,yang bertani dengan irigasi tetapi
tidak menggunakan bajak). Selain itu di daerah kebudayaan ini ada suku bangsa
Arab Bagara yang beternak unta dan kambing dan mengembara dari satu daerah ke
daerah lain dalam kelompok-kelompok sambil menggembalakn ternak mereka. Suku
bangsa Arab yang beragama islam ini tiba dari daerah hilir sungai Nil dalam
abad ke-12 dan abad ke-13 masehi.
7. Daerah kebudayaan Afrika
tengah.daerah kebudayaan ini meliputi kebudayaan-kebudayaan suku-suku bangsa
Negroid yang merupakan peladang-peladang berpindah dan merupakan
masyarakat-kasyarakat rumpun. Mereka tidak mengenal irigasi maupun bajak,dan
menanam tanaman pokok keladi,ubi,dan pisang(yakni tanaman asli Asia
Tenggara),gandum sundan,gandum eleusine(tanaman asli Ethiopia),jagung dan
singkong(Tanaman asli Amerika). Peternakan yang tidak menghasilkan susu di
anggap tidak penting,dan makin ke arah selatan,mata pencaharian beternak makin
berkkurang sampai ahirnya hilang sama sekali. Ciri-ciri yang mencolok dari
kebudayaan-kebudayaan di daerah ini adalah antara lain pembayaran maskawin
dengan alat-alat yang terbuat dari besi,pola perkampungan yang menyebar
luas,bentuk rumah bergaya sudan bergaya sudan di bagian utara,dan makin ke
selatan berbentuk persegi dengan atap terbentuk piramida (gaya Bantu),tiadanya
bentuk-bentuk organisasai sosial yang lebih tinggi daripada desa(misalnya
federasi desa,atau negara),kecuali pada suku bangsa Mangbetu,Azande,dan
beberapa lainya.
8. Daerah Kebudayaan Hulu Selatan sungai
Nil. Daerah kebudayaan ini meliputi peternak yang menetap(jadi tidak
mengembara) di daerah-daerah sabana di sudan kebudayaan-kebudayaan bermasyarakat
rumpun yang bermatapencaharian sebagai selatan.mereka juga bertani sebagai
pekerjaan sambilan. Suku-suku bangsa ini memiliki ciri-ciri ras Negroid yang
umum,Tetapi suatu ciri khusus adalah tubuh mereka yang tinggi dan sangat
ramping.Selain ciri-ciri fisik itu,yang juga di sebut ciri-ciri
Nilote,suku-suku bangsa di daerah kebudayaan ini mengujar bahasa yang sama.
9. Daerah Kebudayaan tanduk afrika.
Daerah kebudayaan ini meliputi suku-suku bangsa peternak yang mendiami
lembah-lembah sungai di dataran tinggi Ethiopia. Di samping beternak mereka
juga bertani secara intensif dengan irigasi dan bajak. Kebudayaan rakyat
pedesaan yang memiliki ciri-ciri ras kaukasoid tetapi berbahasa semit ini
berorientasi kepada peradaban kota yang berdasarkan agama nasrani yunani.
10. Daerah kebudayaan pantai Guinea. Daerah
kebudayaan ini meliputi suku-suku bangsa peladang berpinda yang memiliki
ciri-ciri ras Negroid. Mereka berladang tanpa irigasi dan bajak,dengan tanaman
pokoknya gandum sudan bagi sebagian suku bangsa di daerah kebudayaan ini,dan
tanaman Asia tenggara(Yaitu keladi,ubi,jagung),atau berbagai tanaman
Amerika(Yaitu ubi dan jafung) pada bagian lainya. Peternakan sangat sedikit di
lakukan.Kebudayaan rakyat pedesaan ini berorientasi kepada peradaban kota, yang
juga merupakan pusat dari kerajaan-kerajaan kecil. Raja-rajanya di anggap
keramat,dan upacara-upacara yang di adakan di istana raja sangat rumit. jumlah
pejabat istana sangat banyak,dan ada tiga jabatan ratu yaitu sebagai ratu ibu
raja,sebagai ratu istri utama raja,dan sebagai ratu ibu raja,sebagai ratu kakak
raja.Contoh dari kerajaan seperti itu adalah dahomey,Ashanti(sekarang Ghana
bagian selatan),Ife(suku bangsa yoruba di Negeria selatan).Ciri-ciri yang
mencolok dari kebudayaan petani ini adalah antara lain (i) sistem tingkat
umur,dengan inisiasi yang berat dan fungsi-fungsi sosial yang
khas,(ii)desa-desa yang ,mengelompok padat,dengan rumah-rumah yang berbentuk
persegi dan beratap gaya Bantu.selain suku-suku bangsa petani tersebut,ada
suku-suku bangsa yang bermasyarakat
rumpun,yang tidak berorientasi kepada peradaban-peradaban tinggi.
11. Daerah kebudayaan Bantu khatulistiwa.
Derah kebudayaan ini meliputi kebudayaan-kebudayaan suku-suku bangsa bermasyarakat
rumpun yang berladanbg berpinda-pinda didaearah hutan rimba tropik tanpa
irigasi dan bajak. Tanaman pokoknya adalah keladi,ubi,dan pisang(Tanaman Khas
asia tenggara ),dan menanam gandum sudan sebagai tambahan.peternakan hampir
tidak ada. Ciri-ciri yang mencolok adalah(i) adat bride service (adat maskawin
umumnya tidak di kenal di daearah ini),dan kanibalisme (di zaman dahulu), (ii)
desa-desa yang padat,dengan rumah-rumah gaya Bantu. Sebagian besar suku-suku
bangsa ini tidak mengenal sistem kenegaraan,kecuali suku bangsa Baluba yang
kuat.
12. Daerah kebudayaan Bantu Danau-danau.
Daerah kebudayaan ini meliputi kebudayaan-kebudayaan suku-suku bangsa petani
yang telah mengelolah tanah secara intensif dengan irigasi. Mereka mendiami
lerenbg-lereng pegunungan yang di kelilingi danau-danau besar
viktoria,Kioga,Albert,Edward,Kivu,dan Tanganyika.Kebudayaan para petani di desa
berorientasi kepada peradaban tinggi di kota-kota pusat kerajaan,misalnya
negara Baganda,Ruwanda,dan Urund,i yang yang memiliki struktur pemerintahan
yang agaknya di pengaruhi oleh kerajaan-kerajaan di daerah Tanduk Afrika.
Kecuali bertani,rakyat pedesaa juga beternak sapi dan dan menghasilkan ,mentega
dan keju(memerah susu adalah Khusus pekerjaan pria). Di negara belanda,misalnya
pekerjaan peternakan banya di serahkan kepada orang bahima,yaitu suatu suku
bangsa yang beberapa abad yang lalu bermigrasi dari daerah hulu sungai Nil ke
daerah danau-danau. Ciri-ciri yang mencolok dari daerah kebudayaan ini adlah
(i) pembayaran maskawin dengan ternak,(ii) sistem tingkat-tungkat umur dengan
upacara-upacara inisiasi yang kompleks serta fungsi-fungsi sosial yang luas;
(iii) pola perkampungan yang menyebar luas,dan (iv)rumah-rumah berbentuk sarang
lebah.
13. Daerah kebudayaan Bantu Timur. Daerah
kebudayaan ini meliputi kebudayaan suku-suku bangsa yang bermasyarakat rumpun
yang gandum sudan (pada beberapa suku bangsa di tanganyika tanaman pokoknya
adalah padi dan tanaman-tanaman asia tenggara lainya),dan di samping itu di
tanam pula barbagai tanaman khas Ethiopia. Mata pencaharian tambahan yang
penting adalah Beternak sapi,yang di ambil susunya untuk dibuat mentega dan
keju. Ciri-ciri mencolok dari daerah kebudayaan ini adalah (i) sistem
tingkat-tungkat umur dengan upacara inisiasi. Daerah bantu timur sudah di
datangi oleh suku-suku bangsa Nilote(seperti Kipsigi,samburu,dan masai) dari
daerah hulu selatan sungai Nil,sejak lebih dari satu abad yang lalu.
14. Daerah kebudayaan Bantu Tengah.Daerah
kebudayaan ini meliputi kebudayaan suku-suku bangsa yang sebagaian besar
bermasyarakat rumpun,yang merupakan peladang berpindah,baik di daerah hutan
rimba atau sabana.Tanaman pokoknya adalah jagung,kacang-kacangan,dan
singkong(tanaman Amerika),dan ada juga yang menanam gandumsudah sebagai tanaman
tambahan.peternakan hampir tidak ada. Kebudayaan rakyat di desa berorientasi
kepada negara-negara pribumi yang banyak terdapat di daerah ini,yaitu misalnya
Bakongo,Chokwe,Kimbudu,Bemba dan lain-lain. Pola perkampungan di daerah
kebudayaan ini tidak sama bagi semua suku bangsa.ada yang letak rumah-rumahnya
saling berjauhan,ada yang sangat padat. Ada suku-suku bangsa yang mambngun
rumah-rumah gaya sudan,dan terutama suku-suku bangsa di bagian barat,membangun
rumah berbentuk sarang lebah.
15. Daerah Kebudayaan Bantu Barat daya.
Daerah kebudayaan ini meliputi kebudayaan-kebudayaan suku-suku bangsa
bermasyarakat rumpun yang hidup dari peladang berpindah,tanpa irigasi maupun
bajak. Tanaman pokoknya adalah gandum sudan,tetapi tanaman asia tenggara juga
banyak terdapat. Mata pencaharian hidup lain yang sama pentingnya adalah
beterna sapi. Susu sapi du buat mentega dan keju.Berbeda dengan Daerah-daerah
peternakan di Afrika timur ,Wanita juga dapat memerah susu,dan di bagian
selatan daerah kebudayaan pekerjaan ini malahan secara khusus di lakukan oleh
Wanita. Makin ke arah selatan,peternakan makin penting,dan di bagian paling
selatan yang di huni oleh suku bangsa Herero, peternakan merupakan satu-satunya
mata pencaharian hidupnya.suatu Ciri mencolok adalah adanya sepasang sapi
dengan anak-anaknya yang di anggap keramat yang di wariskan melalui garis
keturunan pria. Pemeliharaan sapi keramat di lakukan dengan berbagai upacara.
Desa-desa di daerah kebudayaan ini sangat padat,dan rumah-rumah di desa di
bangun dalam lingkaran-lingkaran konsentris yang berlapis-lapis,mengelilingi
suatu lapangan,tempat melakukan upacara. Gaya rumahnya berbentuk
silinder,melingkar atau bujursangjar.Dindingnya rendah,namun atapnya yang
berbentuk kerucut sangat tinggi(Berbeda dengan rumah gaya sudan,yang dindingnya
lebih tinggi tetapi atapnya lebih rendah).
16. Daerah kebudayaan Bantu Tenggara.
Daerah kebudayaan ini meliputi kebudayaan suku-suku bangsa yang di bagian utara
Bermasyarakat rumpun, tetapi di bagian
selatan(yakni di natal dan Basutoland)suku-suku bangsanya adalah masyarakat
petani pedesaan yang berorientasi kepada kebudayaan kerajaan-kerajaan peternak,
seperti kerajaan zulu,Lovedu,dan Bavenda. Pada beberapa suku bangsa peternak
itu rakyat bawah mengembara oleh rajanya untuk menyerang suku-suku bangsa lain.
Perjalanan yang di tenpu ada kalanya sangat jauh.Contohnya adalah suku
ngoni,yang sejak kurang-lebih tahun 1820mengembara dari natal ke arah
utara,melalui Danau Nyasa dan Tanganyika,dan sekarang menetap di daerah sebelah
barat danau Nyasa di Negara Malawi.Mata pencaharian hidup suku-suku bangsa di
utara terutama bertani secara menetap tanpa irigasi.Tanaman pokoknya adalah
jagung(gandum sudan mulai jarang di daerah ini,dan tanaman asia tenggara tidak
ada). Peternakan yang di bagian utara merupakan maya pencaharian tambahan,
makin ke arah selatan menjadi makin penting. Selain untuk di ambil
susunya,Hewan yang merupakan investasi kekayaan,juga menambah gengsi pemilknya.
Rumah-rumah di desa-desa di bangun sekeliling suatu lapangan tempat semua
ternak dikandangkan apabilasedang tidak di gembalakan. Bentuk rumah di daearah
kebudayaan ini sama seperti pada suku-suku bangsa di daerah kebudayaan Bantu
Barat-daya.
17. Daerah
kebudayaan Choison. Daerah kebudayaan ini meliputi kebudayaan suku-suku bangsa
pemburu dan peramu yang hidup mengembara,yang di sebut Bushmen. Beberapa suku
bangsa lain hidup dari peternakan(yaitu suku-suku bangsa pemburu
Hottentot).Ciri-ciri ras suku-suku bangsa di daerah kebudayaan ini jauh
berbeda dari ketiga ras yang ada (yaitu
kaukasoid,Mongoloid,dan Negroid),dan karena itu para ahli antropologi fisik
mengelompokan mereka menjadi suatu ras yang khusus,sisa manusia yang berpuluh
ribu tahun yang lalu tersebar luas di seluruh Afrika Timur hingga perbatasan
daerah Tanduk afrka. Oleh para ahli prasejara mereka di hubungkan dengan suatu
gaya kebbudayaan Paleolitik yang di namakan “gaya Stillbay”.
18. Daerah
kebudayaan Madagaskar. Daerah kebudayaan ini meliputi kebudayaan suku-suku
bangsa bermasyarakat rumpun,yang di daerah pantai timur hidup sebagai peladang
berpindah yang tidak mengenal irigasi dan bajak. Mereka menhuni
lereng-lereng timuur dari deret
pegunungan tengah,dan menanam padi sebagai pokoknya. Suku-suku bangsa yang
mendiami tanah rendah sebelah barat hidup dari peternakan,dan di samping itu
sedikit bercocoktanam. Penduduk Madagaskar pada dasarnya memiliki ciri-ciri ras
mongoloid Melayu(seperti penduduk Asianesia, yakni penduduk kepulauan di asia,
seperti indonesia), yang paling jelas tampak pada penduduk dataran tinggi
bagian tengah. Kecuali itu penduduk Madagaskar juga memiliki banyak ciri fisik
Negroid( yaitu arab dan eropa Mediterania), yang paling jelas tampak di bagian
tenggara. Bahasa suku-suku bangsa di Madagaskar dapat dikatakan seragam,dan
terdiri dari logat-logat serta variasi-variasi dari dari bahasa Malagasi.
Bahasa ini termasuk kelurgs bahasa-bahasa Austronesia, tetapi secara
leksikografi terdiri dari dari istila-istila Bantu dan Arab. Di sebelah
barat-laut bahasa yang utama adalah bahasa Swahili,sedang di bagian tenggara
yang terpenting adalah Bahasa arab.
7. DAERAH-DAERAH KABUDAYAAN DI
ASIA.
Pembagian atas benua Asia ke dalam daerah-daerah
kebudayaan yang di lakukan oleh A.L.Kroeber, sebenarnya masih sangat kasar, dan
lebih banyak di buat berdasarkan pemikiranya sendiri daripada berdasarkan
analisa dan perbandingan unsur-unsur kebudayaan yang mendalam. Pada
hakikatnya,suatu benua besar macam Asia terlalu luas untuk dapat di bagi ke
dalam daerah-daerahnkebudayaan, karena diversitas ciri-cirinya terlalu besar.
Karena itu sebaiknya seluru Benua Asia di bagi kedalam bagian khusus,seperti
Asia Barat-daya,Siberia,Asia selatan dan sebagainya.
Dalam sub-bab
ini,dengan beberapa perubahan kawasan Asia di bagi menurut pembagian Kroeber ke
dalam 7 bagian, yaitu: (1) daerah kebuvdayaan Asia tenggara, (2) daerah
kebudayaan Asia selatan,(3) daerah kebudayaan Barat-daya,(4) daerah kebuyaan
Cina,(5) daerah kebudayaan stepa Asia Tengah, (6) daerah kebudayaan Siberia,
dan (7) daerah kebudayaan Asia Timur-laut.
8. SUKU-SUKU
BANGSA DI INDONESIA
Selain
memilih suatu kejujuran dari sub-ilmu dari antropologi (paleontropologi),
antropolgi fisik,etnologi,antropologi sosial, dan lain-lain,para ahli
antropologi biasanya juga memilih suatu daerah tertentu, sehingga ia menjadi
ahli Asia Barat-daya,ahli Asia Tenggara,dan lain-lain.
Seorang
ahli Asia Tenggara, misalnya di anggap
mengetahui segala seluk-beluk kehidupan masyarakat dan kebudayaan dari s3mua
suku bangsa yang ada di myanmar, Muangthai, Laos,Kamboja, Vietnam,
Malaysia,indonesia dan Filipina dan pernah melakukan penelitian yang mendalam
pada sedikitnya dua suku bangsa(Sedapat mungkin satu di antaranya di bagian
benua, dan satu lagi di bagian kepulauan).
Seorang ahli antropologi Indonesia tentu tidak mungkin
,memenuhi semua syarat itu. Ia terutama wajib mengenal berbagai bentuk masyarakat dan kebudayaan di wilayah
indonesia sendiri(termasuk irian jaya). Dalam pembagian kejuruan, antropologi
secara konvensional mengelompokan Irian jaya dan papua Niugini bersama dengan
penduduk Melanesia, yang di pelajari secara mendalam oleh para ahli ontropologi
dengan kejuruan Melanesia atau Oseania. Selain memuaskan perhatianya pada
wilayah indonesia, seseorang ahli antropologi indonesia juga wajib mengetahui
cukup banyak mengenai berbagai masyarakat dan kebudayaan negara tetangga,
seperti malaysia, Brunei,Filipina, Papua Niugini, dan negara-negara di Asia
tenggara umumnya.
Pada umumnya,penggolongan berbagai suku bangsa
indonesia di dasarkan pada sistem lingkaran hukum adat yang di buat oleh Van
Vollenhoven. Pada peta 7 indonesia di bagi kedalam 19 daerah sebagai berikut:
1. Aceh 9.
Gorontalo
2. Gayo-Alas dan Batak 10. Toraja
2a.Nias dan Batu 11. Sulawesi
selatan
3. minangkabau 12.
Ternate
3a. Mentawai 13.
Ambon maluku
4. Sumatra selatan 13a. Kepulauan
Barat-daya
4a. Enggano 14.
Irian
5. Melayu 15. Timor
6. Bangka dan Biliton 16. Bali dan Lombok
7. kalimantan
17. Jawa Tengah dan Jawa Timur
8. minahasa
18. Surakarta dan yogyakarta
8a.Sangir-talaud 19. Jawa Barat.
Lokasi
suku-suku bangsa di indonesia yang masih berpedoman pada peta bahasa
J.Esser,terutama untuk daerah kalimantan,Sulawesi,Indonesia timur, dan bahkan
juga beberapa bagian sumatra, belum sepenuhnya dapat di andalkan.
9. RAS,BAHASA, DAN
KEBUDAYAAN.
Sejumlah manusia
dengan ciri-ciri ras yang sama belum tentu mempunyai bahsa unduk yang tergolong
satu keluarga bahasa, apalagi termasuk dalam satu daerah kebudayaan. Orang
thai, orang khmer,dam orang sunda, misalnya, semua memiliki ciri-ciri ras
Paleo-Mongoloid, tetapi berbeda-beda bahasa. Bahasa Thai termasuk keluarga
bahasa sino-Tibetan, bahasa khmer termasuk keluarga bahasa austronesia.
Demikian pula Kebudayaan ketiga suku bangsa itu saling berbeda. Kebudayan Thai
dan Khmer banyak di pengaruhi oleh agama Budha Theravada,tetapi kebudayan sunda
di pengaruhi oleh agama islam.
Sebaliknya,
perbedaan ras pada berbagai suku bangsa tidak menghindari kemungkinan
penggunungan bahasa yang walaupun mungkin berbeda-beda,berasal dari keluarga
bahasa yang sama. Bahasa orang huwa, yaitu penduduk daerah pegunungan di
Madagaskar,yang memiliki ciri-ciri ras negroid yang tercampur dengan beberapa
ciri ras negroid yang tercampur dengan beberapa ciri ras kaukasoid Arab,
tergolong induk bahasa yang sama dengan bahasa jawa maupun bahasa bgu(sala satu
bahasa di irian jaya), yaitu keluarga bahasa Austronesia. Kebudayaan orang huwa
yang di klasifikasikan ke dalam daerah kebudayaan Madagaskar, di zaman yang
lampau banyak di pengaruhi oleh kebudayaan imerina. Kebudayaan orang Huwa
adalah kebudayaan agraris,dan religinya yang asli telah mendapat pengaruh agama
katolik.
Kebudayaan
jawa juga merupakan kebudayan agraris. Masyarakat jawa sebagian besar hidup di
daerah pedesaan yang sejak abad ke-9
secara bergantian di kuasai oleh sejumlah kerajan kuno yang menganut agama
hindu dan budha Mahayana, dan kemudian mendapat pengaruh agama islam. Para ahli
menggolongkan kebudayaan jawa ke dalam lingkaran huku adat jawa-madura. Orang
bgu adalah peramu sagu yang tinggal dalam desa-desa kecil sepanjang lembah
sungai dekat rawa-rawa serta hutan-hutan sagu. Sistem religi penduduk asli kini sudah banyak di pengaruhi
oleh para pendeta Belanda.
Di zaman sekarang tampak suatu perkembangan baru,
yaitu bahwa sejumlah orang yang memiliki ciri-ciri ras yang
berbeda-beda,menganut ke budayaan yang sama. Hal ini banyak terjadi di
Negara-negara besar sekarang. Warga negara Amerika serikat yang berasal dari
berbagai ras, yaitu ras Kaukasoid(penduduk yang berasal dari Eropa),ras
Negroid(penduduk berkulit gelap), ras mongoloid (penduduk berkulit gelap), ras
mongoloid Amerika(orang indian), dan ras mongoloid(penduduk Amerika keturunan
cina,jepang,dan lain-lain),semuanya kini mempunyai kebudayaan yang sama.
Demikian juga halnya dengan berbagai negara di eropa.
Dari contoh-contoh di atas jelas bahwa berbagai ras
yang ada di dunia telah mencapai kemantapan sejak beberapa ratus ribu tahun
yang lalu. Kemantapan proses percabangan dan penyebaran keluarga-keluarga
bahasa Asia,Eropa, Afrika,Amerika utara,Amerika Tengah,dan Amerika selatan baru
berlangsun sesudahnya,yang di susul dengan pembentukan serta penyebaran beragam
kebudayaan,yaitu pada akhir zaman prasejara dan sesudahnya, sampai sekitar
3.000-4.000 tahun yang lalu.
Perkembangan
komunikasi yang makin meluas sekarang ini menyebabkan bahwa pembaharuan antara
berbagai ras,bahasa,dan kebudayaan berlangsung makin intensif.Walaupun
demikian, untuk kepentingan anlisa antropologi,kita perlu mengetahui pola
penyebaran yang pernah terjadi. Pola penyebaran dari berbagai kebudayaan di
muka bumi dapat di analisa dengan menggunakan peta-peta daerah kebudayaan
terurai di atas sebagai pedoman.
10. BACAAN UNTUK
MEMPERDALAM PENGERTIAN.
Atlas(1938) Atlas van Tropich Nederland. Amsterdam: Koninklijk Nederlandsch
Aardrijkskunding Gnootschap.
Bernatzik, H. (editor)(1930) Die Grosse voelkerkunder.Leipzig.
Cooper, J.M.(1925) “Culture Diffusion And Cultures Areas In Southen South
America”, dalam: Congress International Des Americanits,XXI:hlm. 406-421.
Herskovits,M.J.(1969) “A Preliminary Consideration Of The Culture Areas Of
Africa”, Dalam: American Anthropologits, XXVI : hlm. 50-63.
Koentjaraningrat (1969) Atlas Etnografi sedunia. Jakarta: Dian Rakyat.
---(1970) Keseragaman Dan Aneka Warna Masyarakat Irian Barat. Jakarta, Seri
Monografi LIPI No. ¼.
Kroeber, A.L.(1947) “Culture Groupings In Asia”, dalam: southwestern
Journal Of Anthropology”, III: hlm. 322-330.
---(1931) “The Culture Area Concept Of Clark Wissler”, dalam: Methods In
Social Science. Redaksi S.A. Rice.Chicago: University of Chicago Press, Hlm.
248-265.
LeBar,F.M.(editor)(1972) Ethnics Groups Of Insular Southeast Asia.
NeW Haven:Human Relations Area Files.Jlid I:Indonesia,Andaman
Island,Madagaskar,Jilid II:philippiens.
Mandelbaum,D.G.(1955) “The Study Of Comlecx Civilizations”,dalam: Yeorbook
Of Anthropology. Redaksi W.L. Thomas. Chicago:Wenner Gren Foundation for
Anthropological Research. Hlm. 203-225.
Murdock,G.P.(1948) Anthropology In Micronesia. New York,Transsaction of The
New York Academy of Science,Series 2,II, 1: hlm. 9-16.
---(1951) Outline Of South American Cultures. New Haven: Hmman Relations
Area Filers.
---(1959)Africa:Its Peoples And Their Cultural History.New York: McGraw
Hiil Company.
---(1975) “World Ethnographic Sample”, dalam: American Anthropologits,LIX:hlm.
666-687.
Spencer,R.F.(1956) An Ethno-Atlas(A student’s Manual Of Tribal Linguistic
And Racial Groupss). Dubuque, W.M.C.
Schmidt,W.(1926) Die sparchfamilien und Sprachhenkreise Der Erde.
Heidelberg.
Steward,J.H., dan L.C.Faron(1959) Native peoples Of South America. New
York,Toronto,London,:Mcgraw Hiil.
Tolstov,S.P.(editor)(1954-57) narody Mira. Izdatel’svto.Akademii Naulu
SSSR.Jilid I-VIII.
Ter Haar,B.(1968) Adat Law In Indonesia. New York:Institute of pasific
Relations.
Vayda,A.P,(1968) Peoples And Cultures Of The Pasific;An Anthropological
Reader.New York:The Natural Hystory Press.